Nama
lengkapnya Siti Maryam. Berasal Bojonegoro. Tapi kami, teman-temannya, biasa
memangilnya Merry. Entah sejak kapan panggilan itu kami sematkan padanya. Satu
kebiasaan kami memang memberi nama panggilan kepada satu sama lain. Selain
memudahkan, juga menjadi panggilan sayang kami kepada teman itu.
Kami
menuntut ilmu di sebuah pesantren di tenggara kota Ponorogo. Saat sekolah dulu,
Merry tergolong kurus, sama seperti saya. Bedanya Merry tinggi, saya
kebalikannya. Saya tidak ingat persis sejak kapan kami dekat. Namun, ketika
naik kelas dua Aliyah, saya satu kamar dengannya, kamar Ar-Rohmah 10. Sejak
saat itu, kami runtang runtung bersama, terutama untuk kegiatan mencuci.
Puncaknya,
di pertengahan kelas dua itu, kami dilantik menjadi pengurus organisasai
santri. Saya bertugas di Bagian Penerangan bersama Ila Nurlaila, Rosmala Dewi,
dan Titin Nur Hidayati. Sementara Merry mengemban amanah mengurusi Bagian
Kantin bersama HM Zwan, Ismawati, dan Anis Kurniasih.
Saat
jadi pengurus inilah, keakraban kami bertambah erat. Kamar Merry dan Haem bisa
dibilang menjadi kamar kedua setelah kamar asli saya. Menjadi tempat jujugan
kalau saya ingin curhat, nangis, dll.
Sejak
Merry dan Haem di Bagian Kantin ini pula, perbaikan gizi saya dan Nenk Ila
dimulai. Makanan kantin yang hari itu tidak habis terjual bakal mendarat manis
di kamar kami yang berada di bawah menara masjid. Ada saja rezeki buat kami
yang tiap hari berganti: nasi lele, siomai, lontong opor, dll dsb.
Intinya,
saya dan Nenk Ila yang punya badan mungil (istilah halus dari kurus), saat itu
cukup makmur untuk urusan makan. Tapi sayang, meski banyak makan, badan kami
tetap segini-gini aja :P.
Bukan
hanya kami berdua yang bisa menikmati ransum gizi. Beberapa teman dekat lainnya
juga merasakan berkah kedekatan dengan Bagian Kantin :D. Salah satunya Deank
yang tidak absen ngintili Merry kemanapun dia pergi (pisss Deank :V).
Merry
memang dikenal sebagai pribadi yang ramah kepada semua orang. Selain itu dia
juga lucu dan menyenangkan. Jadi tidak heran bila kakak dan adik kelas pun kenal
baik sama dia.
Satu
hal yang sampai saat ini saya ingat, saat saya harus pulang karena sakit, Merry
dan Deank menjenguk saya di rumah sambil membawa puding. Entah di mana mereka
masak puding itu. Padahal saat itu kami tak boleh merambah apalagi melakukan
aktifitas di dapur karena dapur adalah area teritori mbok-mbok dapur yang masak
keperluan makan kami.
Merry
pula yang suka menggedor pintu kamar kami di bawah menara masjid itu saat subuh
tiba. Meski berada di bawah menara masjid, setan lebih kuat menguasai kami.
Makanya tiap subuh perlu gedoran supaya bangun *ups – jangan ditiru yaa :P.
Begitu
masa jabatan pengurus selesai, kami pindah kamar. Kegiatan rutin seperti nyuci
bareng, yang sering kami lakukan masih berlanjut hingga kelulusan.
Setelah
lulus, Merry dikirim untuk mengabdi di sebuah pesantren di Sulawesi selama
setahun. Praktis selama itu saya tidak ketemu Merry. Setahun kemudian, Merry
kembali. Akhirnya kami ketemu lagi. Dan itulah pertemuan terakhir saya dengannya.
Karena setelah itu, dia kembali dikirim untuk mengabdi di Pati hingga akhir
hayatnya.
Begitu
banyak kenangan bersama Merry yang bila ditulis akan menjadi panjang dan lama. Apapun
bentuk kenangan itu, bakal tetap terukir manis di hati kami. Kedekatan di antara
kami semua bukan lagi sekedar teman, tapi sudah seperti saudara. Maka, ketika
salah satu dari kami pergi terlebih dahulu, terasa ada yang hilang dari
jiwa kami. Ibarat tubuh yang kehilangan salah satu anggota, serasa tak
sempurna.
Dan
ketika takdir berbicara, kami tak bisa melawannya. Tangisan memang mewarnai
saat Merry pergi. Tapi syukur Alhamdulillah, Allah menyadarkan kami.
Merry tak butuh tangisan apalagi ratapan berkepanjangan, tapi doa yang bisa
melapangkan perjalanannya di alam berikutnya. Khusnul khatimah, in shaa Allah.
************************************************************
Baca
juga postingan sebelumnya:
ikut sedih bacanya..:(
BalasHapussemoga merry mendapat tempat terbaik ya mb vhoy
Aamiin
HapusMakasih Mbak Nita :)
Kematian enggak bisa ditebak ya? Baru kemaren saya mampir ke Blog postnya Mbak Intan Kamala Sari yang blognya : inokari.com, Mbak Intan cerita temannya yang namanya Ollyv juga meninggal. Rasanya pasti sedih kehilangan seseorang yg selalu bersama dan melekat dlm memori...
BalasHapusSemoga dia diterima di sisinya ...
Aamiin
HapusMakasih Mbak Arinta
Semoga segala amal prbuatannya diterima di sisi Allah SWT..
BalasHapusAamin
HapusMakasih doanya Mas Andy
:(
BalasHapus:((
Hapushickz.... *peluk*
BalasHapus*balas peluk eraattt :(((
Hapusamiin, semoga almarhum diterima semua amal ibadahnya ya mba...
BalasHapusAamiin
HapusMakasih Mbak Fanny :)
Innalillahi wa innailaihi rojiun. :')
BalasHapusMakasih Mbak Ila
HapusInnalillahi wa inna ilaihi rojiun... semoga amal ibadah almarhum diterima Allah dan diberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin.
BalasHapushanna itu temenmu ya ternyata?
BalasHapusturut berduka cit a:"(
Baru tau nih siapa Mba Merry.
BalasHapusPersahabatan waktu mondok terus terjalin ya.
Sedih bacanya.