Rabu, 30 Desember 2015

Tentang Merry


Nama lengkapnya Siti Maryam. Berasal Bojonegoro. Tapi kami, teman-temannya, biasa memangilnya Merry. Entah sejak kapan panggilan itu kami sematkan padanya. Satu kebiasaan kami memang memberi nama panggilan kepada satu sama lain. Selain memudahkan, juga menjadi panggilan sayang kami kepada teman itu.

Kami menuntut ilmu di sebuah pesantren di tenggara kota Ponorogo. Saat sekolah dulu, Merry tergolong kurus, sama seperti saya. Bedanya Merry tinggi, saya kebalikannya. Saya tidak ingat persis sejak kapan kami dekat. Namun, ketika naik kelas dua Aliyah, saya satu kamar dengannya, kamar Ar-Rohmah 10. Sejak saat itu, kami runtang runtung bersama, terutama untuk kegiatan mencuci.

Puncaknya, di pertengahan kelas dua itu, kami dilantik menjadi pengurus organisasai santri. Saya bertugas di Bagian Penerangan bersama Ila Nurlaila, Rosmala Dewi, dan Titin Nur Hidayati. Sementara Merry mengemban amanah mengurusi Bagian Kantin bersama HM Zwan, Ismawati, dan Anis Kurniasih.

Saat jadi pengurus inilah, keakraban kami bertambah erat. Kamar Merry dan Haem bisa dibilang menjadi kamar kedua setelah kamar asli saya. Menjadi tempat jujugan kalau saya ingin curhat, nangis, dll.

Sejak Merry dan Haem di Bagian Kantin ini pula, perbaikan gizi saya dan Nenk Ila dimulai. Makanan kantin yang hari itu tidak habis terjual bakal mendarat manis di kamar kami yang berada di bawah menara masjid. Ada saja rezeki buat kami yang tiap hari berganti: nasi lele, siomai, lontong opor, dll dsb.

Intinya, saya dan Nenk Ila yang punya badan mungil (istilah halus dari kurus), saat itu cukup makmur untuk urusan makan. Tapi sayang, meski banyak makan, badan kami tetap segini-gini aja :P. 
Salah satu kenangan yang disimpan Ila

Bukan hanya kami berdua yang bisa menikmati ransum gizi. Beberapa teman dekat lainnya juga merasakan berkah kedekatan dengan Bagian Kantin :D. Salah satunya Deank yang tidak absen ngintili Merry kemanapun dia pergi (pisss Deank :V).

Merry memang dikenal sebagai pribadi yang ramah kepada semua orang. Selain itu dia juga lucu dan menyenangkan. Jadi tidak heran bila kakak dan adik kelas pun kenal baik sama dia.

Satu hal yang sampai saat ini saya ingat, saat saya harus pulang karena sakit, Merry dan Deank menjenguk saya di rumah sambil membawa puding. Entah di mana mereka masak puding itu. Padahal saat itu kami tak boleh merambah apalagi melakukan aktifitas di dapur karena dapur adalah area teritori mbok-mbok dapur yang masak keperluan makan kami.

Merry pula yang suka menggedor pintu kamar kami di bawah menara masjid itu saat subuh tiba. Meski berada di bawah menara masjid, setan lebih kuat menguasai kami. Makanya tiap subuh perlu gedoran supaya bangun *ups – jangan ditiru yaa :P.

Begitu masa jabatan pengurus selesai, kami pindah kamar. Kegiatan rutin seperti nyuci bareng, yang sering kami lakukan masih berlanjut hingga kelulusan.

Setelah lulus, Merry dikirim untuk mengabdi di sebuah pesantren di Sulawesi selama setahun. Praktis selama itu saya tidak ketemu Merry. Setahun kemudian, Merry kembali. Akhirnya kami ketemu lagi. Dan itulah pertemuan terakhir saya dengannya. Karena setelah itu, dia kembali dikirim untuk mengabdi di Pati hingga akhir hayatnya.

Begitu banyak kenangan bersama Merry yang bila ditulis akan menjadi panjang dan lama. Apapun bentuk kenangan itu, bakal tetap terukir manis di hati kami. Kedekatan di antara kami semua bukan lagi sekedar teman, tapi sudah seperti saudara. Maka, ketika salah satu dari kami pergi terlebih dahulu, terasa ada yang hilang dari jiwa kami. Ibarat tubuh yang kehilangan salah satu anggota, serasa tak sempurna.

Dan ketika takdir berbicara, kami tak bisa melawannya. Tangisan memang mewarnai saat Merry pergi. Tapi syukur Alhamdulillah, Allah menyadarkan kami. Merry tak butuh tangisan apalagi ratapan berkepanjangan, tapi doa yang bisa melapangkan perjalanannya di alam berikutnya. Khusnul khatimah, in shaa Allah.

************************************************************
Baca juga postingan sebelumnya:

post signature

17 komentar:

  1. ikut sedih bacanya..:(
    semoga merry mendapat tempat terbaik ya mb vhoy

    BalasHapus
  2. Kematian enggak bisa ditebak ya? Baru kemaren saya mampir ke Blog postnya Mbak Intan Kamala Sari yang blognya : inokari.com, Mbak Intan cerita temannya yang namanya Ollyv juga meninggal. Rasanya pasti sedih kehilangan seseorang yg selalu bersama dan melekat dlm memori...
    Semoga dia diterima di sisinya ...

    BalasHapus
  3. Semoga segala amal prbuatannya diterima di sisi Allah SWT..

    BalasHapus
  4. amiin, semoga almarhum diterima semua amal ibadahnya ya mba...

    BalasHapus
  5. Innalillahi wa innailaihi rojiun. :')

    BalasHapus
  6. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun... semoga amal ibadah almarhum diterima Allah dan diberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin.

    BalasHapus
  7. hanna itu temenmu ya ternyata?

    turut berduka cit a:"(

    BalasHapus
  8. Baru tau nih siapa Mba Merry.
    Persahabatan waktu mondok terus terjalin ya.
    Sedih bacanya.

    BalasHapus