Kamis, 31 Desember 2015

Merry di Mata Mereka dan Rahasia Penyakitnya


Sebelum melanjutkan cerita Ustadzah Yuli, saya ingin cerita satu pertanyaan yang masih mengganjal di hati saya, kenapa Merry tidak memberitahu kami tentang penyakitnya.

Dan ketika tiba di Pati, saya baru mendapat jawabannya.

Begitu Merry  mendapat hasil diagnosa penyakitnya, hanya satu di antara kami yang diberitahu: Lilik yang juga tinggal di Pati. Dia berpesan jangan sampai teman-teman tahu. Waktu Lilik bersikeras akan memberi tahu kami, Merry tetap melarangnya. Dia tidak mau kami mengkhawatirkan keadaannya.  Ya Allah, Merry ... Merry memang tidak suka merepotkan. Tapi bila kondisinya seperti ini, sungguh satu hal yang menyesakkan bagi kami.

Sementara Farika yang sempat ketemu Merry di Semarang juga tidak sempat memberitahu kabar itu kepada kami karena saat itu dia harus fokus ke bayinya yang baru lahir dan perlu mendapat perawatan khusus di rs.

Ironisnya, Lilik tidak mengetahui kabar meninggalnya Merry. Usut punya usut, sehari sebelum Merry meninggal, HP Lilik rusak sehingga ramainya percakapan di WA sama sekali tidak diketahuinya. Nomornya saat itu memang tidak aktif. Saya pikir dia sudah tahu dan sudah takziyah ke rumah Merry.

Ketika kami hampir mencapai Pati, barulah HP-nya bisa dihubungi. Dan benarlah, dia sama sekali tak mendengar kabar tentang Merry. Dia juga cerita soal Merry yang selalu melarangnya mengabari kami tentang keadaannya. Akhirnya, kami janjian ketemu di sekolah tempat Merry mengajar.

Setelah sekian tahun, akhirnya saya ketemu Lilik lagi. Kami reuni dalam keadaan berduka.

Sementara itu, sosok Merry mendapat tempat istimewa di mata kolega dan santrinya.

Menurut Ustadzah Yuli, Merry orang yang sangat baik, hangat, dan murah senyum. Bukan hal yang berlebihan bila semua orang sayang padanya. Baik santri maupun wali santri semua perhatian padanya. Sementara pimpinan pesantren menyebut Merry sebagai pribadi yang menyenangkan. Bila diberi tugas, tak pernah ditolaknya. Yang ada hanya kata siap dan siap. Semua selalu dilaksanakan dengan baik.

Maka ketika mendengar Merry dirawat dir rs karena mengidap penyakit parah, semua santri baik yang masih sekolah maupun sudah alumni bersatu padu menggalang dana untuk Merry. Ustadzah Maryam harus mendapat pengobatan terbaik hingga sembuh; itu yang mereka sampaikan ke pihak pesantren (ketika nulis bagian ini, lagi-lagi saya menangis. Sungguh terharu dengan perhatian yang orang berikan kepada Merry).

Manusia hanya berencana dan berusaha, namun Allahlah Maha Penentu segala. Setelah sebulan berjuang melawan penyakitnya, kami harus merelakan Merry pergi untuk selama-lamanya.

Alfatihah untuk Merry ...
 ********************************

Silakan baca juga: Kabar Duka #1
                                 Kabar Duka #2
                                 Tentang Merry
 
post signature

1 komentar:

  1. Ya Allah.. Semoga sakitnya menjadi pengurang dosa-dosanya..aamiin.. Allahummaghfirlaha warkhamha wa'aafihi wa'fu'anha..

    BalasHapus