Sebelum
melanjutkan cerita Ustadzah Yuli, saya ingin cerita satu pertanyaan yang masih
mengganjal di hati saya, kenapa Merry tidak memberitahu kami tentang
penyakitnya.
Dan
ketika tiba di Pati, saya baru mendapat jawabannya.
Begitu
Merry mendapat hasil diagnosa penyakitnya,
hanya satu di antara kami yang diberitahu: Lilik yang juga tinggal di Pati. Dia
berpesan jangan sampai teman-teman tahu. Waktu Lilik bersikeras akan memberi
tahu kami, Merry tetap melarangnya. Dia tidak mau kami mengkhawatirkan
keadaannya. Ya Allah, Merry ... Merry
memang tidak suka merepotkan. Tapi bila kondisinya seperti ini, sungguh satu hal
yang menyesakkan bagi kami.
Sementara
Farika yang sempat ketemu Merry di Semarang juga tidak sempat memberitahu kabar
itu kepada kami karena saat itu dia harus fokus ke bayinya yang baru lahir dan perlu
mendapat perawatan khusus di rs.
Ironisnya,
Lilik tidak mengetahui kabar meninggalnya Merry. Usut punya usut, sehari
sebelum Merry meninggal, HP Lilik rusak sehingga ramainya percakapan di WA sama
sekali tidak diketahuinya. Nomornya saat itu memang tidak aktif. Saya pikir dia
sudah tahu dan sudah takziyah ke rumah Merry.
Ketika
kami hampir mencapai Pati, barulah HP-nya bisa dihubungi. Dan benarlah, dia
sama sekali tak mendengar kabar tentang Merry. Dia juga cerita soal Merry yang
selalu melarangnya mengabari kami tentang keadaannya. Akhirnya, kami janjian
ketemu di sekolah tempat Merry mengajar.
Setelah
sekian tahun, akhirnya saya ketemu Lilik lagi. Kami reuni dalam keadaan
berduka.
Sementara
itu, sosok Merry mendapat tempat istimewa di mata kolega dan santrinya.
Menurut
Ustadzah Yuli, Merry orang yang sangat baik, hangat, dan murah senyum. Bukan
hal yang berlebihan bila semua orang sayang padanya. Baik santri maupun wali
santri semua perhatian padanya. Sementara pimpinan pesantren menyebut Merry
sebagai pribadi yang menyenangkan. Bila diberi tugas, tak pernah ditolaknya.
Yang ada hanya kata siap dan siap. Semua selalu dilaksanakan dengan baik.
Maka
ketika mendengar Merry dirawat dir rs karena mengidap penyakit parah, semua
santri baik yang masih sekolah maupun sudah alumni bersatu padu menggalang
dana untuk Merry. Ustadzah Maryam harus mendapat pengobatan terbaik hingga sembuh; itu yang
mereka sampaikan ke pihak pesantren (ketika nulis bagian ini, lagi-lagi saya
menangis. Sungguh terharu dengan perhatian yang orang berikan kepada Merry).
Manusia
hanya berencana dan berusaha, namun Allahlah Maha Penentu segala. Setelah sebulan
berjuang melawan penyakitnya, kami harus merelakan Merry pergi untuk
selama-lamanya.
Alfatihah
untuk Merry ...
********************************
Silakan baca juga: Kabar Duka #1
Ya Allah.. Semoga sakitnya menjadi pengurang dosa-dosanya..aamiin.. Allahummaghfirlaha warkhamha wa'aafihi wa'fu'anha..
BalasHapus