Minggu,
22 November 2015
Pukul
17.30
Saya
dalam perjalanan pulang bersama keluarga dari takziyah ke salah satu kerabat. Hari
sudah mulai gelap, menjelang maghrib. Ada sebuah panggilan masuk di HP saya.
Nomor baru. Siapa ya?
Ternyata
dari Nova, teman saya semasa Aliyah yang tinggal di Prigen. Dengan suara kacau,
Nova mengabari saya kalau sahabat kami, Merry, meninggal dunia tadi pagi.
Deg.
Saya shocked. Seketika itu juga badan saya melorot dari jok mobil yang saya
duduki. Saya masih berusaha meyakinkan bahwa kabar itu tidak benar. Tapi Nova kembali
mengulangi ucapannya.
Sungguh
kabar yang sangat tak diharapkan. Rasanya tak dapat dipercaya. Sahabat saya
yang super baik itu sudah pergi mendahului kami.
Bagaimana
ceritanya? Dari mana Nova tahu?
Kemudian
Nova cerita, siang itu dia telpon ke nomer HP Merry. Tapi yang mengangkat
suaminya. Ketika ditanya kabar Merry, si suami bilang kalau Merry sampun
kapundut. Antara bingung dan kurang paham, Nova masih bertanya. Suami Merry
sampai bilang sampun kapundut hingga tiga kali. Hingga akhirnya dia
bilang Merry sudah meninggal tadi pagi jam 10.
Sampun
kapundut memang istilah halus bahasa Jawa untuk menggambarkan
orang yang meninggal dunia. Artinya sudah diambil; diambil oleh Yang Maha
Kuasa, Pemilik segala sesuatu yang bernyawa.
Aaah,
saya tak bisa membayangkan bagaimana warna perasaan Nova saat mengetahui kabar itu.
Tak percaya dan kaget seperti saya pasti. Tapi mendengar dari suami Merry
langsung tentu jauh lebih mengagetkan.
Dari
suami Merry pula, diketahui Merry meninggal karena leukimia. Ah, bagaimana bisa
Merry mengidap penyakit itu? Sejak kapan? Kenapa tidak cerita? Banyak sekali
pertanyaan yang muncul di kepala. Tapi masing-masing dari kami tak punya jawabannya.
Nova
juga bilang dia tidak bisa mengabari teman-teman via grup WA karena sinyal
internet di sana sedang error. Namun dia berusaha telpon beberapa dari kami
yang dekat dengan Merry, termasuk saya. Beberapa saat lamanya kami bicara.
Selama itu juga pikiran saya blank. Yang ada di pikiran saat itu juga
saya harus ke Pati, tempat tinggal Merry.
Begitu
telpon ditutup saya langsung buka list kontak di HP. Retno orang pertama yang
saya hubungi. Hanya saja, berkali-kali ditelpon tak diangkat juga. Ternyata dia
sedang di jalan.
Ketika
beberapa saat kemudian Retno menjawab telpon saya, sayangnya saya sudah tidak
sanggup bilang apa-apa. Saya hanya bisa menangis. Sedang di seberang sana,
Retno berkali-kali tanya kenapa. Akhirnya saya kirim sms mengabarkan kepergian
Merry. Sesampai di rumah, saya kembali telpon Retno, cerita sekilas kabar duka
itu.
Beberapa saat selanjutnya, kabar itu mulai menyebar grup WA. Percakapan ramai sekali. Semua menyatakan ketidakpercayaan akan
berita duka itu. Beranda FB pun tak kalah ramai. Beberapa dari kami membuat status ucapan duka dan
mengunggah foto Merry saat di RS dan juga saat kami masih sekolah dulu.
Menjelang
isya’, Retno mampir rumah saya. Saya bilang, saya mau ajak dia takziyah kesana.
Kalau bisa malam itu juga berangkat. Tapi kemudian Retno menyadarkan saya
dengan pertanyaan: mau naik apa, sudah tahu rumahnya, dll dsb.
Retno
benar. Rasa kalut dan duka membuat pikiran saya tidak jernih. Kami belum pernah
ke Pati. Pun keadaan seperti ini kurang memungkinkan bagi kami untuk berangkat.
Akhirnya,
saya minta tolong di grup untuk cari info akses ke Pati. Semua yang ada di grup
sibuk tanya sana sini lalu berbagi info di grup. Saya juga menghubungi beberapa
saudara dan teman yang bisa memberi info travel ke Pati.
Sayang,
Pati tidak dilalui kereta. Kalaupun bisa naik kereta harus turun di Semarang,
baru lanjut naik bis sekitar 2-3 jam ke Pati. Sedang saya golongan pemabuk
berat kalau naik bis. Bis dari Ponorogo pun tidak bisa langsung ke Pati. Harus
ke Solo dulu. Lalu oper bis menuju Pati.
Begitu info yang saya dapat. Naik travel pun sama: ke Solo dulu, baru ambil
travel jurusan Pati.
Hingga
malam, belum ada kejelasan info tentang kendaraan menuju Pati. Obrolan grup
terhenti karena memang sudah hari sudah sangat larut.
Tapi
malam itu saya tidak dapat tidur. Saya yakin sahabat-sahabat saya juga sama. Hari
itu kami diliputi duka yang sangat dalam. Sahabat terbaik itu telah kembali ke
haribaan Illahi. Rasanya sesak sekali di dada. Tapi apa daya. Allah-lah Maha
Penentu segala. Akhirnya, hanya doa tulus yang bisa terucap; semoga Merry
khusnul khatimah dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah, aamiin.
Selamat
jalan, Merry. Doa kami selalu mengalir untukmu :(
-bersambung-
turut berduka cita ya mbak...smoga yg ditinggalkan diberi kesabaran
BalasHapusTurut berduka mbak.. Semoga keluarga yang ditinggalkan ikhlas, diberi ketabahan dan kesabaran. Dulu anaknya bulikku juga gini mbak...shalihah banget. Pokoknya cantik, pinter, taat beribadah...rajin ngaji, sholat...tapi nggak berumur panjang..
BalasHapusInnalillahi wainna ilaihi rajiun
BalasHapusAlfatihah untuk Merry..
BalasHapusInnalillahi wa innailaihirojiun. Allahumma firlaha warhamha wa'afiha wa'fuanha.
BalasHapusInnalillahi wa innailaihi rojiun...moga khusnul khotimah sahabatmu, Vhoy
BalasHapusiinalillahi wainailaihi rojiun..turut berduka cita mbaaa
BalasHapus=( =(
BalasHapusturut berduka mbak
BalasHapusInnalillahi wa innailaihi roji'un..
BalasHapusTurut berduka maksist.. :(
Innalillahiwainnailaihirojiun...
BalasHapusInsyaAllah merry sudah bahagia disana
Turut berduka cita mba, moga khusnil khotimah, keluarga yang ditinggalkan tabah :(
BalasHapusTurut berduka cita mba..liat fotonya aja dia memang kelihatan org baek..semoga amal ibadah nya diterima di sisi Allah
BalasHapusInna lillahi wa inna ilaihi rajiuun.
BalasHapusTuut berduka mba...
Turut berduka mbak...semoga khusnul khotimah #alfatihah
BalasHapusNderek belasungkawa. Pasti sedih sekali. Sayapun mengalami bbrp waktu lalu, ketika sahabat kami berpulang akibat kanker kolon.
BalasHapusinna lilahi wa inna ilaihi rajiuun.. turut berduka cita ya mbak
BalasHapus