Selasa, 20 Januari 2015

BBM Oh BBM

Ini hari kedua setelah Presiden Jokowi mengumumkan perubahan harga baru BBM.  Sejak sehari sebelum harga  berubah, BBM sudah mulai langka di daerah saya. Keadaan mulai parah karena bensin eceran juga tidak ditemukan di mana-mana. Sementara, di mana ada SPBU, di situ antrean mengular panjang. Tak terkecuali di SPBU dekat rumah saya. Bahkan ada saudara teman saya yang mengantri hingga pukul 10.00 malam. Kemarin,  saya jua melihat ada beberapa tetangga saya yang mendorong motornya karena kehabisan bahan bakar.

Maka, dari semalam, saya sudah berencana. Pagi ini akan beli bensin di SPBU Jeruksing dekat rumah. Harapannya, antrean sudah berkurang. Toh, ini sudah hari kedua. Lagi pula harga sudah diturunkan -jika boleh dikatakan demikian. Tapi, siapa nyana. SPBU dekat rumah saya tutup. Ada tulisan 'BBM HABIS'. Waaa, bagaimana ini. Padahal tangki motor saya sudah hampir kering. Sudah di bawah garis merah. 

Akhirnya, saya pacu motor saya ke daerah Sinduro. Sepanjang jalan hati saya tak henti-henti berdoa supaya bensin saya cukup sampai di SPBU Sinduro. Namun, olalaaa... Di situ keadaan lebih parah. Antrean kendaraan sampai badan jalan. Beruntung motor saya bisa nyelip sehingga masih bisa masuk area SPBU.

Antrean nan panjang di depan mata. Di belakang saya masih ada sekitar 50 m antrean roda 2 dan roda 4. 


Apesnya, setelah ikut ngantri sekitar 10 menit, tiba-tiba antrean paling depan keluar berbalik arah. Kenapa ini? Ternyata, salah satu pegawai SBPU baru saja memasang pengumuman: premium dan pertamax habis. Bubarlah antrean panjang tadi. Kecuali kendaraan roda empat yang antre solar. 

Sambil keluar dari area SPBU, saya berfikir keras. Kira-kira siapa ya yang busa saya telpon kalau-kalau bensin saya benar-benar habis dan saya harus dorong motor? Belum sempat saya menemukan jawaban, tiba-tiba perasaan saya tidak enak. Begitu saya belokkan motor ke sebuah jalan alternatif, motor saya mengisyaratkan kalau bensin saya sudah benar-benar kering. Jalannya sudah mulai ngadat. Tambah paniklah saya. Mana tidak punya teman di dareah ini pula.

Ya Allah..., tolonglah hamba-MU...

Tiba-tiba ujung mata saya menangkap sebuah sepeda motor yang beli bensin eceran di sebuah toko. Dan motor saya benar-benar kehabisan bahan bakarnya tepat di depannya. Subhanallah wal hamdulillah.... 

Saya turun dari motor dan bertanya sama Bapak penjualnya; kira-kira masih ga bensinnya. Alhamdulliah, bapaknya bilang masih. Saya lihat tulisan di rak botol bensin tertulis: Rp. 7.500,-. Langsung saya minta isi 2 liter. Sambil mengisi tangki motor saya, si Ibu istri Bapak tadi bilang kalau untuk penjual eceran seperti mereka, pembelian dibatasi hanya boleh Rp. 150.000,- atau sekitar 22 liter saja.

Hemmm, entah sampai kapan kelangkaan ini akan berakhir. Semoga saja para pemangku kebijakan segera mendapat solusi untuk mengatasi hal ini. 
 

2 komentar:

  1. di Siak nggak langka,spbu jauh jadi di pinggir jalan banyak yg jual pake curigen gitu hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di sii masih ngantri. Tadi bapak mau kulakan ga bisa beli

      Hapus