Senin, 31 Agustus 2015

Pagelaran Kirab Budaya Daerah Ponorogo VIII


Bulan Agustus bisa dibilang salah satu bulan istimewa bagi Kota Ponorogo. Bukan hanya karena ada peringatan tujuhbelasan ya. Tapi, kampung halaman saya ini lagi punya gawe peringatan hari jadinya. Tahun ini, kota reyog ini usianya sudah 519 tahun. Lumayan sepuh memang. Karena kabupaten Ponorogo berdiri saat masih jaman kerajaan dulu.

Bulan istimewa lainnya bagi Ponorogo adalah bulan Muharram atau Syuro. Tapi sekarang saya pengen ngomongin ulang tahunnya saja. Lain kali ngomongin gawe di bulan Syuro yang lebih seru.

Ponorogo ultah tepatnya tanggal 11 Agustus, merujuk pengangkatan Batoro Katong sebagai adipati/bupati pertamanya. Nah, setiap tahun, banyak sekali kegiatan yang diadakan untuk memeriahkan hari jadinya.

Tahun ini pun begitu. Ada pemilihan Thole Gendhuk alias Duta Wisata Cilik, parade reyog yang menghadirkan lebih dari 200 reyog di alun-alun, festival reyog mini, pameran indsutri kecil dan tanaman hias, lomba karawitan pelajar, hingga parade atau kirab budaya.

Sayangnya, hampir semua kegiatannya berlangsung sore hingga malam dan berbenturan dengan jam kerja saya. Jadinya, saya tidak bisa menyaksikan pagelaran istimewa itu, hickzz...

Untungnya (masih merasa beruntung :P), masih ada salah satu kegiatan yang bisa saya ikuti: kirab budaya. Inipun saya bisa nonton gegara memaksakan diri libur demi menemani saudara saya yang lagi mudik XD (padahal dalam hati seneng banget bisa nonton hihihi).

Jadinya, hari Minggu jelang ashar, 9 Agustus lalu, kami meluncur ke Jalan Baru atau Jalan Suromenggolo. Menurut info, parade bakal melewati rute ini. Begitu sampai Jalan Baru, penonton sudah mulai berjubel. Tapi parade yang ditunggu belum muncul-muncul.   

Akhirnya, hampir jam setengah empat parade budaya ini muncul di rute Jalan Baru. Diawali kemunculan perempuan cantik berdandan ala Srikandi kerajaan lengkap dengan kuda sebagai tunggangannya. Disusul barisan pembawa spanduk bertuliskan Gelar Budaya Daerah VIII. Ya, parade ini sudah berlangsung ke-delapan kalinya. Bukan hanya diikuti oleh komunitas seni dan budaya dari dalam kota saja. Ada pula utusan dari beberapa daerah di Jawa Timur.


Seperti tahun ini, perwakilan Probolinggo menampilkan kesenian Jaran Bodhag. Sementara, dari Pulau Madura  menampilkan iring-iringan orang dengan kostum khas Madura.

Sebagian peserta utusan daerah lain
Tak mau kalah dengan utusan daerah lain, komunitas seni dan budaya Ponorogo menampilkan ragam keseniannya. Selain reyog yang jadi kesenian utama, ada iring-iringan tarian masal dari pelajar. Ada pula kesenian gajah-gajahan dan kesenian unta-untaan yang sedang ngehits ini.



Di ujung barisan, ada yang kejutan istimewa dari parade budaya tahun ini. Beberapa peserta tampil dengan kostum ala fashion carnival yang lumayan keren seperti berikut ini.

Kostum ala fashion carnival
Jadi, saya tidak begitu menyesal bela-belain libur ngajar demi kirab budaya ini kan :D.

Sampai jumpa di cerita berikutnya yaa ^_^


10 komentar:

  1. Wow...keren!klo ada acara beginian.....yang saya pikirkan adalah ngajak anak2 nonton....mesti mereka seneng bngt mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, pasti anak2 seneng kalo ada keramaian macam ini. di Jogja jg ada kan Mbak?

      Hapus
  2. di jogja juga baru ada FKY ni mak vhoy.. tapi seruan di ponorogo kayaknya.. ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh ya? Keliling kota juga ya Mak Prima? Seru pastinya ^_^

      Hapus
  3. wah ramai juga ya ponorogo pastinya ada reognya.... dan kulinernya dawet di pasar ponorogo itu enak banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mamah Tira. Hayuk mudik ke Ponorogo lagi hihihi

      Hapus
  4. wow benar-benar meriah dan antusias yaa peserta pawai dan penontonnya mba...keren...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iy Mbak, lumayan rame. Hiburan banget buat masyarakat hehehe

      Hapus