Kamis, 18 Juni 2020

Panorama Srambang nan Menawan

Liburan tahun baru lalu, saya bersama keluarga plesiran ke Srambang Park, Ngawi. Sebuah objek wisata air terjun di tengah hutan pinus Ngawi yang sedang naik daun itu.

Air terjun Srambang sebenarnya bukanlah destinasi wisata baru. Sekitar tahun 2000-an, saudara sepupu saya pernah ke sini. Tentu saja kondisinya masih sangat alami. Jalan menuju air terjun masih susah. Belum ada fasilitas memadai. Pun belum ada aneka tanaman cantik menawan hati.

Kini, Srambang sudah bersolek dan berubah jauh lebih cantik.

Ini adalah kali kedua saya ke Srambang. Pertama kali kesini, saya sempat ngobrol dengan salah satu pedagang di sana. Dari ceritanya, Srambang Park –nama baru destinasi andalan Ngawi terkini itu- baru dibuka sekitar akhir 2017 dan awal 2018. Tentu saja, dengan kondisi yang 100% berbeda dari sebelumnya. Dengan penataan serta pengelolaan yang lebih profesional.

Dua kali ke Srambang, saya mengambil rute berbeda. Yan pertama lewat pabrik gula Ngawi yang di utara Maospati itu. Lupa saya namanya. Hingga tiba di Jogorogo. Dan ikuti rute ke Srambang. Waktu tempuhnya sekitar 2 jam. Yang terakhir kemarin mencoba lewat Magetan. Lebih cepat setengah jam. 

Dua-duanya mengandalkan GPS: GPS-nya mbah google dan Gerakkan Penduduk Setempat alias tanya warga lokal. Tapi saya bertanya hanya sekali. Untuk memastikan kebenaran panduan si Nona googlemap.

Bila lewat Ngawi, parkir kendaraannya berjarak sekitar 2 km dari pintu loket tiket air terjun. Lumayan jauh memang. Tahun lalu, tempat parkirnya tersebar di sejumlah halaman rumah warga. Sementara bila via Magetan, kita akan dipandu google langsung ke parkiran tepat di bawah pintu loket. Tapi jangan senang dulu. Dari area parkir di tengah hutan pinus ini masih harus jalan naik lagi sejauh 1 km untuk tiba di lokasi wisata.

Saya sarankan tidak jalan kaki saat berangkat ke lokasi wisata. Karena setiba di pintu masuk, kita masih akan menempuh jarak sekitar 700 m lagi untuk sampai di spot air terjun. Selain itu, jalan dari parkiran menuju pintu masuk cukup curam. Terutama dari area parkir arah Ngawi.

Jadi simpan tenaga dan serahkan perjalanan ke ahlinya. Para tukang ojek warga lokal siap sedia mengantar pulang pergi dari dan ke kantong parkir. Ongkosnya pun murah meriah. Cukup lima ribu rupiah sekali jalan.

Bagi yang bawa kendaraan roda dua, sekarang bisa parkir di dekat pintu masuk.

Begitu turun dari ojek, kita akan disambut deretan tanaman cantik memanjakan mata. Pemandangan aneka rupa bunga ini akan kita nikmati di sepanjang jalan menuju lokasi air terjun. Semua ditata apik dan rapi. Pepohonan hutan pinus serta hawa sejuk khas pegunungan bikin orang betah berlama-lama di sini. Benar-benar bisa menyegarkan kembali otak yang keriting akibat beban kerja.

Akses jalan setapak pun sudah di-pavingblock. Sehingga membuat orang nyaman jalan-jalan sambil menikmati pemandangan. 

Srambang Park ditunjang fasilitas yang terhitung lengkap. Mulai dari kedai makanan, toilet, hingga mushola.  

Kedai makan tersebar di beberapa titik. Mulai dari dekat pintu masuk hingga dekat air terjun. Jangan kuatir soal harga. Meski di tempat wisata, harganya tidak ngentol alias aji mupung dinaikkan.


Bagi yang membawa bekal sendiri juga tidak perlu risau. Tidak ada larangan membawa makanan dari luar. Bebas saja. Di dalam lokasi, kita bisa makan di saung-saung dan bangku-bangku yang banyak tersedia di sana.

Di saung-saung dan bangku-bangku itu kita juga bisa beristirahat bila sudah merasa capek jalan.

Pun demikian dengan toilet. Jumlahnya ada beberapa tersebar di lokasi yang berbeda-beda. Bahkan di dekat air terjun pun disediakan. Jadi bila kebelet di puncak gunung insyaAllah tidak masalah. Selama tidak antre hehehe! 

Mushola yang tersedia seingat saya hanya satu. Ukurannya pun relatif kecil. Jadi saat waktu sholat tiba –dzuhur terutama, akan ada antrean lumayan.

Untuk anak-anak, tersedia fasilitas kolam renang dengan berbagai kedalaman. Airnya alami langsung dari sumbernya. Sayangnya dasar kolamnya terlihat kotor oleh lumut. Kemarin adik saya sempat terpeleset di kolam karena licin akibat lumut. Beruntung tidak apa-apa. Mungkin karena airnya terus menerus mengalir jadi tidak bisa dikuras dan dibersihkan. Mudah-mudahan ada pengelola yang membaca ini sehingga bisa ditindaklanjuti.


Ke Srambang tidak afdol bila tidak selfie. Untuk yang satu ini, pengelola tahu banget cara memanjakan pengunjung. Ada beraneka spot selfie yang instagrammable. Tinggal pilih mana suka. Dan sabar antre pastinya. Terutama saat musim liburan tiba. 


Srambang Park juga mengakomodir kegiatan pengunjung seperti outbond maupun acara lain. Saat saya ke Srambang kali kedua kemarin, berbarengan dengan acara reuni sebuah institusi kepolisian Ngawi.

Yang membuat saya cukup terkesan dengan pengelola Srambang Park salah satunya adalah manajemen kebersihannya. Di samping tempat sampah yang ada di berbagai sudut, petugas kebersihannya juga standby all day long. Mereka sigap membersihkan lokasi wisata dari berbagai sampah. Sesekali terdengar komando untuk tim kebersihan dari pengeras suara. Jadi tidak heran bila Srambang senantiasa terlihat bersih.

Yang kedua, penerapan safety first untuk para pengunjung. Lihat saja di setiap spot selfie rumah pohon. Pasti terdapat tulisan kapasitas orang yang diperbolehkan naik. Pun di setiap jembatan yang diberi nama-nama unik itu. Selain ukuran jembatan, tak lupa tulisan  kapasitas muatan orang yang boleh melintas secara bersama-sama.


Tak cukup sampai di situ, berbagai notice  tentang keselamatan diri dan bahaya longsor tersebar di berbagai tempat strategis. Tak ketinggalan nomer telpon untuk keadaan darurat terpampang di dekat air terjun.

Saya rasa hal tersebut tidaklah berlebihan mengingat lokasi wisata yang diapit gunung di kanan kirinya. Bahkan lokasi air terjun pun lumayan masuk ke ceruk dan cukup sempit. Pengelola tentu tidak ingin ambil resiko bila ada kejadian alam yang tidak diinginkan.

Oh ya, bagi yang ingin ke Srambang jangan lupa membawa payung lipat ataupun jas hujan. Cuaca di Srambang tidak dapat diprediksi. Hujan bisa turun kapan saja. Apalagi bila musim hujan. Jas hujannya yang tipis saja supaya tidak berat. Seperti yang dijual di jaringan minimarket seharga kurang dari sepuluh ribu itu. Jikapun lupa, bisa beli di kedai di sana. Harganya kurang lebih sama.

Dengan fasilitas yang ada, serta kesan yang didapat saat menikmati panorama Srambang Park, saya kira tiket 20 ribu worth to pay.

Yang perlu ditambah mungkin toko oleh-oleh khas Srambang. Agak susah menemukannya. Kemarin saya hanya beli gethuk yang tulisannya khas Ngawi, bukan khas Srambang. Itupun yang jual hanya satu dua kedai. Siapa tahu, dengan adanya oleh-oleh khas daerah itu bisa menambah daya tarik pengunjung. Imbasnya ekonomi warga juga ikut terdongkrak.

 Tertarik mengunjungi Srambang? 😊

post signature

4 komentar:

  1. Wah, ini tempat wisatanya komplit banget ya. Bisa selfie, renang, main air terjun, bahkan outbond..yg bikin bahagia, bisa bawa bekal wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul CikGu.

      Kako mudik boleh tuh Aqla diajak kesana 😁

      Hapus
  2. Pengeeeen ❤️. Aku belum pernah nih mba ngerasain main air di kolam yg airnya langsung dari sumbernya. Anak2 juga belum. Jadi pengen tau aja kayak apa rasanya. Tapi susah juga sih Yaa utk ttp menjaga dasarnya ga berjamur. Ngerti sih Krn ini kolam alami. Semoga kapan2 bisa main ke sini juga 😊

    BalasHapus