Kamis, 31 Desember 2015

Peduli Sesama Melalui Bulan Dana PMI





Bagi saya, PMI adalah penyambung nyawa. Terdengar berlebihan? Tidak bagi orang yang pernah merasakan jasa PMI.

Seperti kejadian sekitar 6 tahun lalu. Akhir Desember 2009, salah satu keponakan saya terkena DB lumayan parah. Ketika tiba di rumah sakit kondisinya sudah kritis. Hb-nya sangat rendah. Terlambat sedikit saja mungkin tidak tertolong, demikian kata dokter yang menangani. Beruntung pihak rumah sakit cukup cekatan. Keponakan saya langsung masuk ICU. Dokter bilang harus segera transfusi untuk mengembalikan hb normalnya.

Merry di Mata Mereka dan Rahasia Penyakitnya


Sebelum melanjutkan cerita Ustadzah Yuli, saya ingin cerita satu pertanyaan yang masih mengganjal di hati saya, kenapa Merry tidak memberitahu kami tentang penyakitnya.

Dan ketika tiba di Pati, saya baru mendapat jawabannya.

Begitu Merry  mendapat hasil diagnosa penyakitnya, hanya satu di antara kami yang diberitahu: Lilik yang juga tinggal di Pati. Dia berpesan jangan sampai teman-teman tahu. Waktu Lilik bersikeras akan memberi tahu kami, Merry tetap melarangnya. Dia tidak mau kami mengkhawatirkan keadaannya.  Ya Allah, Merry ... Merry memang tidak suka merepotkan. Tapi bila kondisinya seperti ini, sungguh satu hal yang menyesakkan bagi kami.

Rabu, 30 Desember 2015

Takziyah ke Pati


Hingga Senin pagi, saya belum bisa berangkat ke Pati. Alhamdulillah, sekitar jam 9 pagi ada titik terang. Retno, teman saya, mengabarkan kalau pihak pesantren almamater kami akan takziyah ke Pati. Kebetulan Retno mengajar di almamater. Sehingga bisa langsung menyampaikan berita duka ini ke pihak pesantren.

***************************************
Silakan baca cerita sebelumnya: Kabar Duka #1
                                                Kabar Duka #2
****************************************           

Saya bilang saya ikut. Retno menjawab OK. In shaa Allah kami bakal berangkat hari Selasa, sekitar jam 10 malam. Urusan sopir dan kendaraan dari pesantren. Begitu Retno bilang di WA. Alhamdulillah. Saya mengiyakan saja. Buat saya yang penting berangkat dan sampai ke Pati. Saya juga mengabarkan ke teman-teman di grup tentang hal ini.  Keberangkatan saya ke Pati memang bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga mewakili teman-teman yang tidak bisa hadir karena jarak dan juga waktu.

Tentang Merry


Nama lengkapnya Siti Maryam. Berasal Bojonegoro. Tapi kami, teman-temannya, biasa memangilnya Merry. Entah sejak kapan panggilan itu kami sematkan padanya. Satu kebiasaan kami memang memberi nama panggilan kepada satu sama lain. Selain memudahkan, juga menjadi panggilan sayang kami kepada teman itu.

Selasa, 29 Desember 2015

Kabar Duka #2


Kepergian Merry merupakan satu pukulan berat. Bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga kami teman-temannya. Merry di mata kami adalah orang yang sangat baik. Maka bukanlah hal aneh bila kami merasa sangat kehilangan.

++++++
Baca juga cerita sebelumnya: Kabar Duka #1
++++++

Hingga keesokan harinya, saya belum bisa berangkat ke Pati. Sedang hati sudah sangat tidak sabar untuk segera pergi.

Sementara di timeline FB, ucapan doa terus mengalir untuk Merry. Demikian juga di grup WA. Dari media sosial ini pula kami akhirnya tahu beberapa hal terkait penyakit Merry. Sebelum meninggal, ternyata Merry telah menjalani kemo yang pertama.

Kabar Duka #1



Minggu, 22 November 2015
Pukul 17.30

Saya dalam perjalanan pulang bersama keluarga dari takziyah ke salah satu kerabat. Hari sudah mulai gelap, menjelang maghrib. Ada sebuah panggilan masuk di HP saya. Nomor baru. Siapa ya?

Ternyata dari Nova, teman saya semasa Aliyah yang tinggal di Prigen. Dengan suara kacau, Nova mengabari saya kalau sahabat kami, Merry, meninggal dunia tadi pagi.

Deg. Saya shocked. Seketika itu juga badan saya melorot dari jok mobil yang saya duduki. Saya masih berusaha meyakinkan bahwa kabar itu tidak benar. Tapi Nova kembali mengulangi ucapannya.

Sungguh kabar yang sangat tak diharapkan. Rasanya tak dapat dipercaya. Sahabat saya yang super baik itu sudah pergi mendahului kami.

Bagaimana ceritanya? Dari mana Nova tahu?

Jumat, 25 Desember 2015

Ibu


Edited by canva.com

Sebagai anak yang introvert, saya kurang begitu dekat dengan ibu saya. Dekat di sini dalam arti suka curhat atau bermanja-manja cantik dengan beliau. Jadi, kalau ngobrol ya ngobrol biasa saja tanpa pernah saya ceritakan isi hati atau permasalahan-permasalahan saya.

Kamis, 24 Desember 2015

Kebanjiran #2


Ngomong-ngomong soal banjir, sepanjang ingatan saya, baru sekali Ponorogo dilanda banjir besar. Yakni saat pergantian tahun 2007 ke 2008. Beberapa desa di sekitar sungai Sekayu terendam banjir hingga setinggi dada manusia dewasa. Banyak orang mengungsi. Alhamdulillah rumah saya termasuk aman dari banjir. Jauh dari sungai dan tanahnya agak lebih tinggi dibanding daerah sekitarnya.

Tapi tahun 2015 inilah akhirnya saya ikut merasakan banjir. Tentu tidak separah kejadian 8 tahun yang lalu. Tidak pula membuat keluarga saya mengungsi. Hanya perlu bebersih beberapa jam saja. Kemudian hidup normal kembali.

Kebanjiran #1


Assalamu’alaikum, Sahabat semua.
Apa kabar?
Lama tak menyapa. Semoga semua sehat ya, aamiin.

Tengok-tengok blog, jadi malu. Terakhir nulis awal November lalu. Artinya, sebulan lebih saya tidak aktif curhat di rumah virtual yang menyenangkan ini :D.

Kali ini saya datang masih dengan curhatan (lagi).

Di daerah sahabat semua, hujan sudah turun kan? Ponorogo sudah dari November kemarin. Alhamdulillah, senang rasanya. Setelah sekian lama kemarau –bahkan hingga bulan Oktober yang saat dipelajari di bangku sekolah dulu adalah awal siklus hujan dan ternyata belum turun juga-, akhirnya hujan mulai menyapa.  

Selasa, 03 November 2015

Ketika Masih Melajang di Usia Rawan


Saat membaca postingan Mak Irly yang berjudul Pertanyaan dan Pernyataan Tidak Berperasaan Tentang Menikah, saya jadi ikut tergelitik menulis tema yang sama. Dan bisa ditebak, postingan ini lebih cenderung tjurhat :D. Tapi tak apalah, daripada bikin jerawat batu, mending di-share. Siapa tahu ada yang mengalami hal yang sama seperti saya *uhuks.

Senin, 02 November 2015

Tips Berpakaian untuk Si Tubuh Kurus


Saya rasa, hampir semua perempuan disatukan oleh masalah yang sama: soal berat badan. Tak terkecuali saya XD. Tapi, beda dari teman-teman saya yang sering curhat soal kelebihan berat badan, saya malah kekurangan berat badan.

Yups, saat yang lain mengeluhkan lemak yang makin bertambah di sana sini, saya sibuk cari solusi bagaimana biar lemak mau nempel di badan saya hicks. Pernah guyonan sama teman, kalau ada operasi tempel lemak, bolehlah disumbang lemaknya buat saya hahahaha!

Kamis, 15 Oktober 2015

The Freedom Writers: Inspirasi untuk Para Pendidik


Dari sekian banyak film yang saya simpan di laptop, ada salah satu judul yang tiga tahun terakhir masih setia nongkrong di folder movies: The Freedom Writers. Dibintangi oleh Hilary Swank, ini adalah sebuah film inspiratif yang bercerita tentang perjuangan seorang guru dalam mengajar dan mendidik anak-anak ‘spesial’ yang akhirnya benar-benar menjadi orang spesial.
 
Hilary Swank; pemeran Erin Gruwell
Adalah seorang Erin Gruwell, perempuan cantik berpendidikan tinggi yang melamar bekerja sebagai guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah di sebuah kawasan bernama Long Beach, di Amerika Serikat.  Dia ditempatkan di kelas 203. Sebuah kelas yang paling tidak diminati oleh semua guru karena dianggap kelas paling bermasalah di sekolah.

Kamis, 08 Oktober 2015

Menaklukkan Siswa dengan Senyum Tulus Khalisa


Mengajari anak era sekarang gampang-gampang susah. Selain itu, cara penanganannya juga harus berbeda dari anak di era saya. Itu menurut saya.

Di jaman saya, ketika guru bilang A, maka siswa akan manut. Dikerasi sedikit, siswa tambah menurut. Hampir tidak ada siswa yang berani atau suka membantah sang guru. Semua hormat dan patuh pada guru, karena memang demikianlah seharusnya.

Tapi, hal itu sepertinya tidak berlaku untuk anak sekarang. Seperti pengalaman pribadi saya. Mengajar anak sekarang –terutama anak SD- butuh stok sabar berlapis-lapis. Berapa lapis? Ratusan :D.

Yups. Sabar mutlak diperlukan karena sebagian besar anak adalah golongan aktif bahkan hiperaktif –dalam arti banyak gerak kesana kemari. Saat pelajaran berlangsung, ada yang lari sana sini, ada yang ngajak ngobrol temannya. Tak sedikit yang bikin gaduh kelas atau jahilin temannya. Padahal ini kelas les, bukan kelas di sekolah. Siswanya juga relatif lebih sedikit; sekitar 10 anak. Tapi sekali bikin gaduh, luar biasa ramainya.

Kalau dikerasi sedikit saja, maka imbasnya kemana-mana. Yang ekstrim, si anak bisa mogok les hingga dapat komplain dari orang tua. Padahal yang saya lakukan untuk kebaikan si anak *hicks.

Bila stok sabar menipis, bisa-bisa stres dan senewen sendiri menghadapi anak-anak yang luar biasa itu. Makanya, saya sering mensugesti diri sendiri; sabar, sabar, dan sabar. Anggap saja latihan menghadapi anak, sebelum menikah dan punya banyak anak hehehe!

Selain stok sabar yang banyak, saat mengajar saya juga harus banyak senyum. Saat menyambut anak yang datang, menyapa mereka, atau sekedar mengajak ngobrol ringan, juga ketika menjelaskan materi, senyum maut harus saya pasang XD. Terbukti ini cukup ampuh untuk membuat mereka –terutama anak baru- mau membuka mulut menjawab sapaan atau pertanyaan saya.

Bukan senyum sembarang senyum, tapi harus senyum yang tulus. Karena bagaimanapun, anak-anak adalah makhluk yang polos. Mereka makhluk yang cukup peka, termasuk urusan ketulusan. Mereka bisa membedakan dan merasakan mana yang tulus mana yang tidak. 

Dengan memberi senyum yang tulus, ternyata bisa membuat anak nyaman dengan saya. Feed back mereka juga positif. Bila sudah begitu, in shaa Allah proses belajar juga lebih nyaman.

Untuk memberi senyum tulus buat anak-anak, saya cukup terbantu oleh Khalisa Lip Care. Sudah tahu Khalisa Lip Care, kan? Khalisa Lip Care ini produk lip care yang nyaman dipakai untuk melembabkan bibir.
 
Empat varian Khalisa Lip Care (sumber gambar dari sini)
Kulit bibir saya termasuk golongan kering dan gampang sekali mengelupas, terutama saat musim kemarau seperti ini. Sangat tidak nyaman rasanya bila kulit bibir mulai mengelupas. Makanya saya butuh lip care yang bisa memberi kelembaban maksimal sepanjang hari. Apalagi aktifitas saya sehari-hari sering bertemu orang dan anak-anak. Jadi, selain penampilan, bibir harus selalu fresh untuk bisa tersenyum dengan maksimal :D. Dan saya menemukan solusinya pada Khalisa Lip Care.

Khalisa Lip Care memiliki kandungan bahan utama alami seperti beeswax, shea butter, dan olive oil. Beeswax sendiri merupakan lilin alami yang diambil sarang lebah. Sementara shea butter adalah ekstrak lemak alami dari pohon shea. Kalau olive oil pasti sudah banyak yang tahu: minyak zaitun yang tersohor akan manfaatnya yang luar biasa. Ketiga bahan alami ini bersinergi untuk menjaga kelembaban dan kecantikan bibir agar senantiasa lembut dan halus.

Khalisa Lip Care juga diperkaya Vitamin E tinggi yang dikenal sebagai antioksidan alami. Oleh karenanya, Lip Care produk dari Rohto ini bisa memberikan kelembaban yang intensif, terutama untuk bibir yang kering seperti punya saya.

Selain itu, kandungan SPF-nya juga tidak sedikit, yakni 25. Ngomongin SPF pasti banyak perempuan tahu ya. Produk kosmetik berkualitas mengandung SPF untuk melindungi kulit dari sinar Ultra Violet. Untuk Khalisa Lip Care, SPF 25 ini sangat membantu untuk melindungi warna alami bibir. Sehingga bila mengaplikasikannya tiap hari, warna alami bibir akan selalu terjaga.

Satu hal lagi dan yang paling penting bagi muslimah seperti saya: kehalalannya. Halal bagi umat Islam bukan hanya soal makanan saja. Semua aspek kehidupan harus berasal dari yang halal, termasuk soal kosmetik. Jadi, bersyukurlah saya sebagai muslimah. Karena Khalisa Lip Care ini sudah mendapat sertifikat halal dari MUI. Artinya, tidak ada rasa kekhawatiran untuk memakainya sehari-hari.

Khalisa Lip Care ini punya 4 varian: Peach Caramel, Pink Bubblegum, Pure Vanilla Honey, dan Red Cherry Peppermint.
 
Khalisa Lip Care Peach Caramel
 
Pilihan saya :)
Dari keempat varian ini, saya suka memakai Peach Caramel dengan wangi karamel. Warnanya kalem dan sesuai warna bibir. Jadi, ketika memakai Khalisa Lip Care varian ini, bibir saya tampak lembab alami.

Berkat Khalisa Lip Care, kesehatan dan kelembaban bibir terjaga, terjamin pula kehalalannya. Dengan bibir yang sehat dan lembab alami ala Khalisa Lip Care, saya jadi lebih mudah tersenyum terutama ke anak-anak les saya. Senyum tulus ala Khalisa membantu saya menaklukkan siswa :).

Jadi, Sahabat mau memberi senyum tulus ke orang-orang sekitar? Jangan lupa, pakai Khalisa Lip Care dulu ya ^_^.  

*************************************
Tulisan ini diikutsertakan dalam Khalisa Blog Competition 
 

post signature

Senin, 05 Oktober 2015

Piknik itu Penting Biar Otak Tidak Keriting


Sebelum mengajar freelance  seperti sekarang, saya pernah bekerja full time di sebuah bimbel. Jam kerjanya mulai dari jam 1 siang hingga setengah 8 malam. Sementara paginya, saya siaran di sebuah radio. Berangkat habis subuh, selesai jam 9.

Selama bekerja di dua tempat itu, praktis saya jarang menyaksikan matahari terbit dan tenggelam. Kalaupun menikmati sunset, itu pun setelah kelas selesai setengah 6. Ada sedikit waktu istirahat menjelang maghrib. Saya dan beberapa teman nongkrong di depan kantor. Tapi sekali lagi itu jarang kami lakukan. Karena setengah 6 sore, biasanya ketemu orang tua siswa untuk konsultasi dan konfirmasi perkembangan siswa sembari menjemput anak mereka.

Makanya, kalau hari Minggu tiba, saya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk sekedar me-refresh otak supaya semangat di awal pekan berikutnya.  

Hal yang suka saya lakukan dulu adalah ngadem di Telaga Ngebel. Telaga ini adalah ikon wisatanya Ponorogo yang berada di kawasan Gunung Wilis. Sekitar 40 menit perjalanan dari pusat kota. Harga tiket masuknya cukup murah, Rp. 4.000,- saja.
 
Telaga Ngebel (dok. pribadi)
Biasanya, saya kesana dengan salah satu sahabat saya, Lia. Kadang setiap Minggu, kadang dua minggu sekali atau sebulan sekali tergantung kondisi kantong dan kepenatan otak :D.

Pernah juga rombongan dengan beberapa teman lainnya. Seperti foto di bawah ini. Foto ini diambil ketika kami memanfaatkan libur Natal. Meski libur sehari, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bukan?
 
Ngopi cantik di pinggir Telaga Ngebel :D
Di Ngebel ngapain aja?

Sebenarnya banyak yang bisa dinikmati di Ngebel. Selain ngadem, Ngebel juga terkenal dengan kulinernya; ikan nila (bakar/goreng) dan sego tiwul goreng. Ada juga permainan flying fox.

Tapi kami tidak ngapa-ngapain :D. Maklum, kantong lagi tipis. Hanya nongkrong cantik menikmati pemandangan di pinggir telaga sembari menikmati secangkir kopi yang dipesan di warung lesehan. Ngobrol ngalor ngidul nggak jelas sambil nyemil gorengan atau makan pentol. Pentol adalah sebutan cilok di sini. Disebut seperti itu karena bentuknya bulat seperti pentol bakso :D.

Cantik kan pemandangan Ngebel? Kapan-kapan saya cerita lebih detail lagi tentang telaga indah ini.

Puas menikmati pemandangan telaga, kami pulang. Meski hanya sekitar dua jam, bagi kami sudah cukup untuk mengembalikan semangat dan energi.

Buat saya, piknik itu penting. Kenapa? Salah satunya ya seperti judul tulisan ini. supaya otak tidak keriting,. Bayangkan, otak sudah kerja berhari-hari. Tegang dengan deadline dan tugas-tugas. Juga friksi-friksi yang kadang muncul di kantor dan bikin capek hati *tjurhat :P. Setidaknya, dengan piknik, kita memberi haknya sekedar untuk rehat sejenak. Habis rehat plus piknik, otak bisa lurus kembali hehehe!

Kalau orang kurang piknik? Bisa terlihat dari gelagatnya: sering sewot, senewen, iri dengan orang lain, plus marah-marah nggak jelas karena otak bukan lagi keriting, tapi sudah kruwel-kruwel hahaha!

Dan piknik tidak harus mahal. Seperti yang saya dan teman-teman saya lakukan di atas. Ngopi dan ngemil di pinggir telaga plus tiket masuk tidak lebih dari Rp. 15.000,- per orang. Sudah dapat menikmati lukisan alam luar biasa sepuasnya. Kalau mau kulineran, ya dananya lebih dari itu hehehe!

Biar murah tapi efeknya tidak murah: stok semangat kerja buat esok hari.

Ngadem di daerah pegunungan seperti Telaga Ngebel memang bikin badan dan pikiran nyaman. Selain Telaga Ngebel, sebenarnya dari dulu saya ingin liburan ke Bogor, tepatnya ke daerah Puncak yang terkenal itu. Sama-sama daerah berhawa dingin tapi sensasinya pasti beda. Karena Pundak jauh lebih terkenal dari Ngebel :D. 

Selain itu, mumpung di Bogor, bolehlah mengunjungi Istana Bogor yang selama ini hanya bisa saya lihat di gambar atau TV. Plus tidak lupa ke Kebun Raya Bogor yang tersohor itu. Mudah-mudahan suatu saat nanti bisa terwujud liburan ke Bogor, aamiin.

 **********************************************
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Piknik itu Penting

post signature

Sabtu, 03 Oktober 2015

Ingin Beasiswa Belajar Fashion? Di Sini Ada!


Sahabat, pernah nggak bertanya, kenapa baju rancangan desainer jauh lebih mahal dibanding penjahit biasa?

Saya pernah punya pertanyaan seperti itu. Dan saya dapat salah satu jawabannya ketika kakak perempuan sahabat saya ingin sekolah fesyen tapi gagal.

Rabu, 23 September 2015

Header Cantik dari Sahabat Baik


Kemarin siang, saat saya ngebut bikin soal latihan ulangan untuk anak-anak, ada pesan masuk di messenger saya. Siapa ya?

Begitu saya buka, ulalaa... Senyum saya langsung mengembang lebar. Ada sebuah gambar cantik bertuliskan Vhoy Syazwana. Warnanya ungu. Pengirimnya sahabat baik saya sejak jaman Aliyah dulu. Kalau anggota KEB pasti tidak asing dengan nama ini: HM Zwan.

Jumat, 18 September 2015

Kebaya



Dulu, bila bicara soal kebaya, yang terlintas di pikiran adalah ibu-ibu, sepuh, kuno, dan ... ketinggalan zaman. Saya pikir itu tidak salah sepenuhnya. Karena sebelum jadi pakaian yang hits seperti sekarang, kebaya hanya dipakai oleh perempuan yang sudah berumur.

Sekali lagi, itu dulu. Sekarang hal tersebut tidak berlaku lagi.

Kenapa?

Rabu, 16 September 2015

Rasanya Naik Ambulans Itu ...


Teman-teman, pernah naik ambulans?
Gimana rasanya?

Ini pengalaman saya  di awal September setahun yang lalu.

Pagi itu, sekitar jam 6, kakak saya telpon ke hape saya. Dia mengabarkan kalau Akung sudah pergi dan saya diminta memberi tahu orang tua dan keluarga di rumah. Sementara jenasah masih di rumah sakit.  

Senin, 14 September 2015

Panggung AKSESI: Dari Pantomim Hingga Parodi


Beberapa hari sebelum puasa Ramadhan lalu (15/6), saya diminta jadi MC untuk acara malam pentas seni penutupan akhir tahun pelajaran. Tapi bukan acara pensi biasa karena konsepnya beda dari pensi biasanya. Kalau pernah nonton pagelaran seni di pesantren modern, seperti itulah sedikit gambarannya.

Oh ya, ternyata saya ngemsi-nya tidak sendiri tapi duet bareng teman lama saya di radio dulu. Jadi, ini semacam reuni kecil buat kami yang dua tahun belakangan tidak pernah ketemu.

Selain kami berdua yang jadi MC untuk pentas seni, sebelumnya ada MC formal dari 4 siswa-siswi dengan menggunakan 4 bahasa: Inggris, Arab, Indonesia, dan Jawa.
MC 4 bahasa (foto pinjam dari sini)

OK, back to the laptop.

Jadi yang bikin acara perpisahan ini adalah sebuah madrasah setingkat SD di kawasan selatan Ponorogo. Namanya MI Al Jihad. Terletak di desa Karanggebang, kecamatan Jetis, Ponorogo.

Lokasinya bisa dibilang agak jauh dari pusat kota Ponorogo. Tapi, MI Al Jihad ini cukup maju dan prestasinya lumayan banyak. Kegiatannya juga beragam, salah satunya ya acara pentas seni ini.

Nama acaranya cukup unik: AKSESI. Kependekan dari Aksi Sejuta Kreasi. Dan konon, pagelaran ini sudah berlangsung dari tahun 2003 lalu.

Bukan tanpa maksud kalau acara ini dinamakan demikian. Karena di acara ini, kreatifitas seluruh elemen madrasah dituangkan *tsaaahh :D. Mulai dari siswa-siswi yang tampil, ustadz dan ustadzahnya, juga para alumninya.

Kenapa alumninya terlibat? Menurut saya ini salah satu yang istimewa. Jadi, meskipun mereka sudah lulus –setahun, dua tahun, atau beberapa tahun yang lalu-, ikatan mereka dengan almamater cukup kuat. Sehingga setiap acara, alumni pasti terlibat di kepanitiaan. Tidak cuma datang, sowan, nonton, pulang, selesai.

Dan, berhubung ulangan kenaikan kelas tahun ini mepet dengan liburan sekolah plus libur puasa, jadi kata salah satu teman saya yang ngajar di sana, persiapan untuk pagelaran ini cukup singkat. Hanya seminggu terhitung dari selesainya UKK anak-anak. Mulai dari latihan, pesiapan kostum, juga persiapan panggung. 

Meski persiapannya kilat dan panggungnya tidak semegah tahun-tahun sebelumnya, hasilnya tidak mengecewakan kok.

Jadi, apa saja yang ditampilkan di pagelaran AKSESI tahun ini?

Banyak.

 
Aneka tarian persembahan siswa-siswi Al Jihad

Ada berbagai macam tarian, hadrah modern, perkusi, puisi, dan fashion show. Ada pula drama, nasyid, pantomim, serta parodi. Semua performer dari siswa-siswi. Tak ketinggalan drum band anak didik  MI Al Jihad juga unjuk penampilan. Semua bagus-bagus.
Atas: perkusi, kiri bawah: nasyid, kanan bawah: puisi.

Tapi penampilan yang paling berkesan menurut saya adalah pantomim dan parodi.

Si performer pantomim lumayan bagus. Gerakan dan ekspresinya cukup lumayan untuk seorang amatir, apalagi usianya masih kecil.
Aksi pantomim

Sementara pertunjukan parodinya berhasil bikin  saya dan penonton tertawa. Dengan judul D’Al Jihad Show, para siswa memparodikan acara D’Academy Show yang saat itu lagi hits di TV.
Parodi D'Al Jihad Show

Ada yang jadi MC menirukan trio MC-nya. Ada yang jadi juri menirukan gaya Rita Sugiarto, Saipul Jamil, dll. Tak ketinggalan si Ma’e alias Soimah. Jargon ‘sukses ya say..’ yang dipopulerkan penyanyi senior Rita Sugiarto juga tidak ketinggalan diucapkan.

Semua pemain total menirukan artis-artis itu. Dan penonton sukses dibikin sakit perut oleh aksi panggung mereka.

Secara keseluruhan pagelaran AKSESI ini cukup sukses dan menghibur. Terbukti penonton baru beranjak dari tempat duduknya saat saya dan teman saya menutup acara.

Sukses terus untuk Al jihad. Semoga tahun depan masih mengundang saya jadi MC ya :D.

post signature