Sabtu, 28 Februari 2015

Kenangan Bareng Nova


Saya tidak ingat persis kapan pertama kali kenal Nova. Sejak SMP mungkin ya. Tapi yang pasti, sudah sejak itu saya ikut nimbrung membaca tabloid wanita terlengkap ini. Kenapa ikut nimbrung? Karena saat itu saya tidak beli sendiri alias numpang baca punya saudara. Kebetulan saudara saya ini suka beli Nova. Dan rubrik favoritnya adalah rubrik masakan. Katanya cukup menunjang hobi masaknya.

(Sumber gambar: di sini)  
Meski sering nimbrung baca Nova milik orang lain, bukan berarti saya tidak pernah beli yaa hehehe! Yaa walaupun tidak sering atau bahkan tidak berlangganan. Sekarang pun, meski tidak beli versi cetak, saya tetap bisa menikmati sajian Nova dari website-nya. Praktis dan gampang kan?

Nah, ngomong-ngomong soal baca Nova, saya punya kenangan tersendiri.  Setidaknya ada dua kesan dan kenangan saya bareng Nova yang sampai saat ini masih membekas di ingatan. Yang pertama, Nova menjadi teman saya saat menjalani rawat inap di sebuah rumah sakit. Ceritanya, saat SMA saya pernah kena typhus dan harus rawat inap selama seminggu. Bayangkan, kegiatan saya hanya tidur, makan, buang hajat, dan minum obat. Tidak boleh terlalu banyak gerak. Sementara keseharian saya di sekolah dan asrama, tidak ada kata leha-leha seperti ini. Bisa ditebak, betapa membosankan kehidupan di rumah sakit ini.

Maka, untuk membunuh rasa bosan selama perawatan, saya minta dibelikan bacaan. Biasanya para penjaja koran suka keliling ke kamar-kamar dan bangsal yang ada di rs untuk menawarkan koran, majalah, dan tabloid mereka. Ayah saya beli Jawa Pos, sementara saya minta dibelikan Nova. Jadilah, tabloid yang terbit seminggu sekali ini habis saya lalap dalam beberapa jam saja :D. Bahkan hari-hari berikutnya, saya baca lagi dan lagi. Jadi, ingat Tabloid Nova, ingat jaman masih sakit hihihi!

Kesan kedua tentang Nova yang masih melekat di ingatan saya adalah saat saya masih bekerja di sebuah radio swasta di kota tempat tinggal saya. Saat siaran, Tabloid Nova versi online menjadi dewa penolong saya. Terutama saat saya butuh referensi tips dan informasi seputar kecantikan dan perempuan. Kebetulan, saat itu saya pegang segmen perempuan. Tanpa harus kemana-mana, bahan siaran yang saya butuhkan sudah tersedia lengkap di website Nova.

Meski sekarang sudah tidak siaran lagi, saya sering baca Nova via online. Apalagi sajiannya semakin oke. Bisa dibilang, Tabloid Nova berbeda dari tabloid sejenis. Bukan hanya menyajikan berita seleb yang jadi incaran kaum perempuan. Tapi juga memuat peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Pun, tips dan informasi lainnya sangat bermanfaat bagi pembacanya.

Harapan saya, ke depan Nova tambah oke lagi. Selain itu ada 7 pesan saya buat Nova.

Yang pertama, tetaplah menjadi tabloid wanita pilihan terlengkap di Indonesia.  Tentunya semakin berisi lagi berita-berita dan sajian rubriknya. Kedua, tetaplah berimbang dalam penyampaian beritanya. Ketiga, saya berharap bisa diperbanyak profil-profil wanita hebat di Indonesia yang bisa menginspirasi kaumnya. Berikutnya, terus tumbuhkan inovasi-inovasi supaya tetap dan semakin dicintai pembacanya. Selanjutnya, tetaplah hadir dengan harga yang bisa dijangkau. Selain itu, jangan sungkan memberi hadiah bagi pembaca setia-nya hehehe! Terakhir, semoga tetap menjadi bacaan pilihan utama para perempuan Indonesia.

Tak lupa, selamat ulang tahun yang ke 27 buat Nova. Semoga tambah jaya dan selalu menginspirasi wanita Indonesia.

*****************************
Tulisan ini diikut sertakan dalam Giveaway 27 Tahun Tabloid Nova

GA 27 Tahun Tabloid Nova


 

Rabu, 25 Februari 2015

Bawaan Wajib Saat Jalan-jalan


Saat jalan-jalan, sebenarnya saya bukan termasuk orang yang ribet. Apalagi kalau untuk piknik dan bisa ditempuh dalam sehari (paling tidak malam sudah di rumah lagi). Tapi memang jalan-jalan bakal semakin nyaman bila ditunjang peralatan tempur yang memadai. Selain itu, persiapan yang matang -terutama barang bawaan- akan menghemat waktu perjalanan. Kebayang kan, kalau misalnya persiapan kurang maksimal. Pasti ada yang ketinggalan. Hasilnya, yang rugi kita sendiri. Apalagi barang yang ketinggalan harus beli di perjalanan. Harus berhenti beberapa kali. Padahal di rumah sudah tersedia. 

Bagi saya pribadi, ada beberapa barang yang wajib dibawa bila perjalanan jauh. Apa aja itu?

Bawaan wajib

Yang pertama mukena bahan parasit. Ini wajib dibawa. Biasanya saya jadi andalan saudara atau teman untuk urusan ini. Alasannya sederhana saja. Supaya tidak repot saat berhenti untuk sholat. Meski kadang di masjid atau mushola tempat kita berhenti sudah tersedia mukena, tapi kadang kondisinya (baca: kebersihannya) membuat kita kurang nyaman. Pernah juga bermanfaat bagi orang lain. Jadi ceritanya saya sama teman lagi jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Ternyata di musholanya tidak tersedia mukena. Kebetulan saat kami mampir sholat di situ, ada seorang ibu yang juga mau sholat. Tapi beliau tidak bawa mukena. Jadilah mukena saya bermanfaat buat orang lain, Alhamdulillah (*maaf bukan bermaksud pamer, Maks ^_^). Kenapa pilih mukena parasit? Supaya mudah dilipat sampai lipatan terkecil, jadi tidak terlalu makan banyak tempat di tas.

Barang yang harus dibawa selanjutnya adalah botol minuman. Sebenarnya ini adalah bagian dari pengiritan :D. Daripada beli air kemasan, mending bawa bekal dari rumah yang sudah pasti terjamin kebersihannya dan pastinya gratis hehehe! Lagipula sekarang sudah ada botol food grade yang aman dipakai dalam jangka waktu lama. Selain itu, saat kehausan di jalan kita bakal lebih gampang untuk minum karena sudah tersedia di tas.

Tapi lain ceritanya bila saya bareng rombongan keluarga jalan-jalan ke luar kota. Selain bawa botol, kami (lebih tepatnya Tante saya) juga bawa galon air :D. Ini benar-benar pengiritan super hehehe! Jadi saat mau berangkat, botol-botol dipenuhi semua. Galon masuk bagasi mobil. Nah, ketika botol-botol tadi kosong dalam perjalanan, kita tinggal mengisi dengan air galon yang kita bawa tadi. Sangat mengurangi pengeluaran bukan? :P

Permen menjadi barang berikutnya yang harus ada di tas. Kebetulan saya termasuk yang gampang mabuk kendaraan. Terutama bila sang sopir kurang handal menguasai setir. Entah kenapa badan saya termasuk picky untuk urusan setir-menyetir mobil. Bila yang nyetir ayah atau saudara saya, saya akan aman-aman saja. Tapi bila yang nyetir orang lain dan saya belum pernah disetiri sebelumnya, efeknya saya gampang pusing. Jadi, ngemut permen jadi andalan saya terutama saat perjalanan naik kendaraan body besar. Paling tidak, mengalihkan rasa mual yang melanda tiba-tiba. 

Selain itu, saya juga bawa kipas lipat. Sangat praktis dan menolong di cuaca panas. Ngomong-ngomong soal kipas, ini bawaan saya sejak jaman kuliah. Bahkan, karena saya ke kampus selalu bawa kipas, salah satu dosen saya memberi julukan Putri Kipas buat saya :P. 

Barang terakhir yang selalu ada di tas adalah tisu. Saya rasa setiap perempuan tidak pernah ketinggalan benda yang satu ini. Jadi andalan banget saat dibutuhkan.

Itu tadi benda-benda yang selalu saya bawa saat jalan-jalan. Simpel sesuai kebutuhan. Bagaimana dengan bawaan Sahabat?
*******************************************
Tulisan ini diikut sertakan dalam "1st GA - Benda yang Wajib Dibawa Saat Jalan-Jalan"

Senin, 23 Februari 2015

Penghuni Pouch-ku


Perempuan memang identik dengan perlengkapan kosmetik. Kemanapun pergi, barang yang satu ini harus dibawa. Bahkan bagi yang kurang suka dandan pun ada barang yang wajib ada di pouch. Seperti halnya saya. Saya kurang suka *lebih tepatnya kurang bisa* dandan :D. Untuk sehari-hari cukup pakai pelembab, bedak tipis, celak a.k.a eye liner, dan lip balm.

Karena kegiatan saya sering di luar rumah, maka mau tak mau harus bawa pouch kemana-mana. Jadi penghuni pouch yang biasa saya bawa adalah seperti ini:
Penghuni pouch-ku

1.    Krim pelembab wajah
Kalau lagi kegiatan di luar sebenarnya jarang saya pakai karena sudah memakai dari rumah. Hanya untuk jaga-jaga kalau-kalau diperlukan.

2.    Bedak
Wajib ada biar bisa touch up (sedikit gaya bahasanya :P) kalau wajah mulai kumut-kumut. Kumut-kumut ini istilah orang Jawa yang menunjukkan wajah mulai lepek dan berminyak karena lamanya kena matahari :D.

3.    Eyeliner
Ini yang paling saya suka dan harus ada kemana-mana saya pergi. Ketinggalan yang lain tidak masalah, tapi kalau ini tidak boleh ketinggalan.

4.    Lip balm
Bibir saya termasuk yang mudah kering jadi ini juga wajib ada. Kenapa tidak pakai lipstick? Karena saya tidak bisa (atau tidak biasa??) pakainya hehehe! Maksud saya, saat pakai lipstick bibir saya serasa menebal beberapa senti :P. Dan itu bikin saya kurang nyaman.

5.    Lotion
Biar kulit tidak kering dan lembab terus.

6.    Facial wash
Kalau di luar rumah dalam waktu yang lama, ini pasti saya bawa. Jaga-jaga kalau wajah kucel dan butuh penyegaran :D.

Itu tadi penghuni pouch saya. Tidak banyak tapi penting semua hehehe! Paling tidak bisa menunjang kegiatan saya saat di luar rumah. Bagaimana dengan penghuni pouch Anda?

**************************************************
Tulisan ini diikut sertakan dalam Giveaway Blog Emak Gaoel, Bongkar Pouch Kosmetikmu

http://www.emakgaoel.com/2015/02/giveaway-blog-emak-gaoel-bongkar-pouch.html

Selasa, 17 Februari 2015

TERTOLONG KARENA SEDEKAH


Kalau bicara sedekah, salah satu hal yang saya ingat adalah Ustad Yusuf Mansur. Beliau memang dikenal sebagai Ustad sedekah, karena dalam tausiyahnya selalu menyampaikan perihal sedekah. Pun buku-buku beliau kebanyakan mengulas tentang sedekah. Di dalam buku beliau diceritakan banyak orang sukses karena sedekah. Banyak orang yang terhindar dari musibah karena sedekah. Dan masih banyak lagi manfaat sedekah bagi para pelakunya.

Gegara membaca buku Ustad YM, saya jadi bersemangat untuk sedekah meski hanya semampu saya. Meski juga dengan hal yang remeh-temeh. Karena dikatakan, kebaikan sebesar biji sawi pun akan dihitung. Dan memang janji Allah itu pasti, terutama untuk urusan sedekah ini. Reward-nya bisa kita rasakan langsung, bisa pula di kemudian waktu. Seperti yang pernah saya alami beberapa waktu lalu.

Ceritanya, malam itu saya pulang dari rumah teman saya. Sudah pukul 9 malam. Awalnya, motor saya baik-baik saja. Tapi, ketika sampai di sebuah perempatan, tetiba motor saya berhenti. Mesinnya mati. Tepat ketika lampu merah menyala. Di belakang dan samping saya banyak mobil dan motor. Diserang panik, saya buru-buru menuntun motor saya menuju pinggir jalan tepat di pojok perempatan. Duh, kenapa ini motor, keluh saya dalam hati. Mana saya tidak paham mesin pula. Dengan gugup dan sisa tenaga yang ada –karena panik tadi- saya mencoba menghidupkan motor saya dengan double starter di stang. Tetap saja tidak menyala.

Tiba-tiba, dari arah dekat lampu merah, ada seorang lelaki yang mendekati saya. Kebetulan di dekat lampu merah ada warung angkringan. Mungkin dia salah satu pengunjung angkringan itu. Ketika sudah di dekat saya, dia tanya, “Kenapa, Mbak?” “Ga tahu, Mas. Tiba-tiba mati,” jawab saya masih dalam keadaan gugup.

Kemudian dia meminta saya minggir supaya dia bisa menyalakan motor saya. Dengan beberapa kali hentakan di starter belakang, motor saya bisa nyala kembali. “Mungkin aki-nya, Mbak,” mas-mas itu bilang ke saya. “Oh, ya. Makasih banyak ya, Mas” ucap saya sambil segera naik motor dan melanjutkan perjalanan pulang.

Sepanjang jalan tak henti-henti saya bersyukur sekaligus merutuki kebodohan saya. Kenapa tidak memberi uang jasa atau apalah sekedarnya tadi ya. Kok ya buru-buru pulang saja.

Esoknya, begitu saya ketemu lagi dengan teman saya, saya cerita kejadian yang saya alami malam sebelumnya. Teman saya bilang, “Itu mungkin berkah kemarin kamu beliin jajan anak-anak”. Saya bengong. Masa iya? Padahal yang saya kasih nilainya tak seberapa.

Lain waktu, saya mengajak anak teman saya itu beli jajan di sebuah waralaba dekat rumahnya Seperti biasa, kalau tidak bawa tas, dompet saya selipkan di kolong depan motor matic saya. Begitu sampai rumah teman saya, dompet saya raib. Tidak ada di kolong motor. Padahal ada hp dan surat-surat lain di situ.

Begitu saya bilang ke teman saya kalau dompet dan hp saya jatuh, dia langsung menghubungi nomer hp saya. Siapa tahu ditemukan orang baik, begitu katanya. Bunyi deringnya nyambung. Berarti masih aktif. Tak berapa lama ada suara yang menjawab. Begitu dijelaskan oleh teman saya, si penerima telpon bilang kalau tadi nemu dompet. Alhamdulillahirobbil ‘alamiin... Dijelaskan juga oleh si penemu tadi alamat rumahnya. Ternyata tidak jauh dari rumah teman saya. Dan tadi memang saya lewat situ.

Langsung saya meluncur ke rumah si penemu tadi. Sambil mengucapkan terima kasih saya angsurkan sedikit uang sebagai tanda terima kasih. Saya tidak mau mengulang kebodohan yang sama seperti waktu itu. Tapi orang itu menolak. Aah.., lagi-lagi saya hanya bisa berucap banyak syukur.

Kembali ke rumah teman saya tadi, kami kemudian bercerita heboh soal kejadian yang barusan saya alami. Lagi-lagi, teman saya bilang ini berkah saya ngasih jajan ke anak-anak. Dan, lagi-lagi saya berfikir, apa iya? Tetiba saya sadar, mungkin ini janji Allah tentang kebaikan sedekah itu. Sedikit atau banyak itu bukan nomer satu. Yang utama adalah ikhlas. Dan berkelanjutan. Dan ini membuat saya semakin tidak ragu untuk bersedekah, lagi dan lagi.

Ini sekelumit cerita saya tentang sedekah. Bukan sedekah yang luar biasa yang saya lakukan. Hanya nilai yang sangaaaaaaaatt kecil, tapi Alhamdulillah efeknya cukup besar untuk saya.

Mau hidup lebih berkah? Hayuk sedekah :D

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini diikut sertakan dalam FadevMother’s First Give Away

FadevMother’s First Give Away