Senin, 20 April 2015

Surat Cinta untuk (Calon) Ibu Mertua


Teruntuk (Calon) Ibu Mertua di manapun Ibu berada

Assalamu’alaikum, Ibu.

Apa kabar?

Saya berdoa, semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan dan kesehatan untuk Ibu, aamiin.

Ibu, sebelum saya melanjutkan tulisan di surat ini, ijinkan saya menggunakan bahasa ‘aku’ agar lebih mudah dan akrab ‘ngobrol’ dengan Ibu melalui surat ini.

Ibu, sejujurnya aku bingung, saat membaca pengumuman di timeline FB Kumpulan Emak Blogger (KEB), kalau untuk memperingati Hari Kartini tahun ini, kami, para anggota KEB, diminta menulis tentang Ibu mertua.

Bagaimana aku tidak bingung, Ibu. Apa yang harus aku ceritakan tentang Ibu, sementara aku saja belum menikah dan belum ketemu Ibu. Atau, jangan-jangan kita sudah pernah ketemu tapi belum/tidak tahu bila suatu saat nanti Allah akan mempertemukan kita lagi dalam ikatan mertua-menantu? Entahlah, Ibu.

Oh, iya. Mungkin Ibu juga bingung ya tentang KEB. KEB ini, Ibu, adalah wadah di mana aku bisa belajar banyak hal, termasuk keberanian menulis surat untuk Ibu ini. Meski nama kumpulannya adalah Emak, Alhamdulillah, aku dan beberapa sahabat lain yang juga belum menikah tetap diijinkan bergabung bersama sahabat-sahabat hebat lainnya, Ibu.

Ibu yang dirahmati Allah,
Banyak sekali aku mendengar cerita tentang Ibu mertua dari sahabat-sahabatku. Sebagian dari mereka mendapat mertua yang super duper baik hati. Perhatian, bahkan memanjakan menantu perempuannya. Mendengar itu, Ibu, aku ikut bersyukur sekaligus berdoa, semoga akupun merasakan hal yang sama.

Tapi, ada pula, Ibu, temanku yang  bercerita tentang ketidakcocokannya dengan sang Ibu mertua. Bahkan ada yang saling berselisih paham. Entah apa penyebabnya. Dan, di situ, Ibu, kadang aku merasa sedih :(.

Ibu, demi mendengar banyak cerita sahabatku, aku belajar banyak hal tentang menantu dan mertua. Tentang hubungan keduanya, tentang keseharian keduanya, dll dsb.

Dan, Ibu, sebagaimana perempuan lainnya, aku juga mendambakan sosok Ibu mertua impian.

Bila suatu saat nanti aku menjadi menantu Ibu, aku berharap bisa dekat dengan Ibu. Tidak berjarak, sehingga kita bisa bertukar cerita apa saja. Supaya aku bisa belajar banyak hal tentang rumah tangga dari Ibu. Pun aku bisa belajar memasak makanan kesukaan anak lelaki Ibu. Juga belajar dari Ibu untuk lebih mengenal dan memahami si lelaki yang akan menjadi suamiku.

Atau mungkin Ibu, sesekali kita bisa menghabiskan waktu bersama untuk sekedar belanja atau jalan-jalan bersama.

Ibu, aku pun berdoa semoga Ibu menyayangiku layaknya anak kandungmu. Betapa aku sering mendengar ada menantu yang disayang sedemikian rupa oleh Ibu mertuanya. Aku berfikir, betapa bahagianya disayang oleh dua orang ibu; ibu kandung dan ibu mertua. Maka, nikmat mana lagi yang akan didustakan sang menantu, Ibu?

Jangan khawatir Ibu. Aku tak meminta Ibu memanjakan aku. Cukuplah itu menjadi tugas anak lelakimu untuk memanjakan aku dan juga Ibu.

Namun Ibu, aku mah apa atuh. Begitu mengharap sosok Ibu yang istimewa tapi tak bercermin aku siapa :(.

Jadi Ibu, senyampang kita belum ketemu, baiknya aku belajar dulu. Memperbaiki diri agar pantas menjadi menantumu. Paling tidak, nanti Ibu tidak merasa malu memiliki menantu seperti aku. Syukur-syukur aku bisa mengikuti jejak sahabat-sahabatku, yang begitu hebat merebut perhatian dan kasih sayang ibu mertuanya.

Aku yakin, anak lelaki Ibu yang sholeh itu juga sedang mempersiapkan diri untuk menjemputku :D .  

Sekian surat dariku, Ibu. Semoga Allah segera mempertemukan kita dalam ikatan keluarga, aamiin.

Salam takzim,

(Calon) menantumu

******************************

Tulisan ini diiuktsertakan dalam #‎K3BKartinian‬ Postingan Serentak Hari Kartini

 
post signature

Rabu, 15 April 2015

Si Pintar Honda Andalan Keluarga


Honda dari Masa ke Masa
Bagi keluarga saya, yang namanya sepeda motor itu haruslah keluaran Honda. Bisa dibilang, keluarga saya fanatik Honda. Saya ingat, pertama kali Bapak saya punya motor, saat saya masih sangat kecil. Motornya adalah Honda CB. Tak berapa lama, Bapak berganti motor. Masih keluaran Honda: Astrea Prima.

Bertahun kemudian, motor itu dipindah tangankan ke salah satu saudara karena sahabat baik Bapak saya menghibahkan sepeda motornya ke Bapak. Lagi-lagi masih dari pabrikan yang sama. Hanya beda jenis dan model: Honda Win 100. Kendaraan yang satu inilah yang paling lama bertahan di rumah. Bahkan hingga saat ini. Bukan hanya karena pemberian orang, tapi dia bisa diandalkan di segala cuaca.

Pernah juga Bapak membeli Honda Supra Fit berwarna merah. Tapi itu tidak lama.

Berbilang tahun, saat saya punya motor sendiri, Honda tetap menjadi pilihan. Berhubung badan saya kecil, saya pilih Honda Beat berwarna merah. Si merah inilah yang mengantar saya kemanapun pergi: kerja, main, dll, dsb. Karena gampangnya mengendarai motor matik, Bapak saya pun ikut beli motor matik tapi body-nya lebih besar: Vario.

Si Merah siap berangkat - abaikan barangnya :D (dok. pribadi)

Tentu bukan tanpa alasan kalau kami sekeluarga pecinta berat motor Honda. Buat saya, keiritan bahan bakar menjadi faktor utama. Maklum, sehari-hari saya mobile kesana kemari. Kalau motornya boros, alamat kantong kering hanya gegara habis buat beli bahan bakar. Apalagi harga BBM terus merangkak naik di kurun waktu terakhir ini.

Bagi Bapak saya, salah satu alasannya adalah harga purna jual Honda bagus. Tidak anjlok seperti motor merk lain. Jadi tidak heran, bila setiap ganti motor selalu dari Honda.

Honda di Era Kekinian
Bicara kelebihan Honda, tentu bukan hanya yang sudah saya sebutkan di atas. Sebagai pionir di kendaraan roda dua, Honda selalu berinovasi untuk memberikan yang terbaik bagi pelanggannya. Tak terkecuali dalam hal teknologi.

Dari tahun ke tahun, teknologi yang dibenamkan dalam motor keluaran Honda selalu terbarukan. Salah satunya side stand switch  pada motor matic. Sejak pertama kali meluncurkan motor matic, Honda telah menerapkannya.

Side stand switch merupakan sistem di mana mesin otomatis akan mati begitu standard samping diturunkan. Banyak kecelakaan terjadi karena si pengendara lupa menaikkan standard samping saat menyalakan mesin motor. Dengan menggunakan fitur ini, resiko kecelakaan yang diakibatkan oleh kelupaan menaikkan standard samping dapat diminimalisir.

Sementara di tahun 2015 ini, Honda kembali meluncurkan produk andalan mereka dengan teknologi yang lebih canggih. Salah satunya adalah Honda Beat eSP. Ini adalah motor keluaran terbaru yang menggunakan eSP hondasmarttech.
Honda Beat eSP (sumber gambar: di sini)

eSP merupakan teknologi pintar paling gres pada motor matik di mana Honda tetap menjadi pionirnya.  Kepanjangan dari eSP adalah ‘enhanced Smart Power’, yakni teknologi yang diciptakan untuk meningkatkan daya tahan motor, menjadikan lebih halus, serta lebih bertenaga. 
Sumber dari sini

Banyak efisiensi yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi eSP ini. Salah satunya adalah efisiensi pembakaran. Komponen tumble dan world top class injector  yang disematkan pada teknologi eSP membuat bahan bakar menjadi lebih hemat dan lebih ramah lingkungan. Sementara komponen squish membuat pengapian jadi lebih baik dan pembakaran menjadi lebih baik dan lebih cepat.

Berikutnya adalah efisiensi gesekan. Teknologi eSP dengan komponen seperti ACG Starter, offset cylinder, roller type rocker arm, dan spinny sleeve mengurangi gesekan pada mesin motor sehingga suara mesin lebih halus. Dengan minimnya gesekan yang dihasilkan, otomatis bahan bakar dapat dihemat.

Teknologi eSP (Sumber gambar dari sini)

Selain itu, teknologi eSP juga menghasilkan efisiensi berat. Sekedar informasi, Piston Honda Beat eSP hanya 56,7 gram; lebih ringan dari telur ayam yang beratnya 60 gram.

Terakhir, teknologi eSP menghasilkan efisiensi pendinginan. Komponen turbo fan cooling yang mendukung tekologi eSP mengoptimalkan pendinginan mesin melalui reengineering sudut kipas. Sedang breather structure sebagai jalur pernafasan berfungsi untuk mempercepat proses pendinginan pada silinder.

Selain teknologi eSP, ada beberapa teknologi pendukung yang semakin menyempurnakan penampilan motor produk Honda. Yang pertama adalah idling stop system (ISS). Ini adalah sistem untuk mematikan mesin secara otomatis apabila kendaraan dalam keadaan berhenti. Apabila motor berhenti selama tiga detik, otomatis mesin akan mati. Untuk menjalankan lagi, tidak perlu di-starter ulang. Cukup memutar handle gas, maka motor akan menyala kembali.

Teknologi ISS (Sumber gambar dari sini)

Sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan, Honda merasa wajib menyematkan sistem ini pada produk mereka. Dengan mematikan mesin sejenak –seperti saat berhenti di lampu merah-, dapat mengurangi emisi dan serta menghemat bahan bakar.

Bukan hanya itu. Sistem pengereman canggih combi brake system (CBS) juga disematkan supaya pengendara dapat melakukan pengereman yang optimal baik pada rem depan maupun belakang. Caranya gampang sekali. Cukup dengan menekan tuas rem tangan sebelah kiri, maka rem depan dan rem belakang bekerja secara bersamaan.

Combi Brake System (Sumber gambar dari sini)

Tak ketinggalan, answer back system yang membantu pengendara mendeteksi lokasi motornya secara otomatis dalam waktu singkat. Sistem ini bekerja dengan menggunakan sinyal radio melalui remote. Ketika remote ditekan, motor akan mengeluarkan suara buzzer dan lampu sen akan berkedip.

Answer Back System (Sumber gambar dari sini)

Yang tidak kalah penting adalah teknologi PGM-FI. Ini adalah sistem yang menjamin ketepatan pencampuran bahan bakar dan udara yang menjadikan performa motor semakin baik sekaligus irit bahan bakar dan ramah lingkungan. 

PGM-FI (Sumber gambar dari sini)

Yang terakhir adalah LED headlight; lampu LED yang memiliki usia lebih panjang dan hemat energi. Dengan cahaya yang lebih terang, kita lebih nyaman berkendara terutama di malam hari.

LED headlight (Sumber gambar dari sini)

Lengkap sekali bukan teknologi yang tersemat dalam motor Honda terbaru? Tak salah bila Honda selalu jadi pilihan dan andalan keluarga Indonesia, termasuk keluarga saya. Bagaimana dengan keluarga Anda? 

Tulisan ini diikutsertakan dalam "Lomba Blog Teknologi Pintar Honda" 

http://microsite.detik.com/minisite/hondasmarttechnology

post signature

Minggu, 12 April 2015

Bingkisan Cantik dari Nova


There is a woman at the beginning of all great things
-Alphonse de Lamartine-

Quote di atas tertulis di sebuah bantal cantik mungil yang saya terima minggu yang lalu. Sudah seminggu diterima, tapi baru kali ini bisa cerita *tutup muka pake bantal. Dari judul tulisan ini pasti sudah bisa ditebak dari mana bantal itu. Yap, ini adalah satu dari beberapa hadiah yang saya terima dari Tabloid Nova.

FYI, bulan Februari kemarin, Mbak Anazkia, salah satu perempuan inspiratif Nova 2014, mengadakan giveaway singkat dalam rangka memeriahkan ulang tahun Tabloid Nova yang ke-27. Saya coba-coba mengikutkan tulisan kenangan saya tentang Tabloid Nova. Alhamdulillah, saat pengumuman, nama saya nyantol sebagai salah satu yang berhak dapat bingkisan cantik dari tabloid wanita yang terkenal itu.

Hadiahnya, seperti Mbak Anaz tulis di blognya, ada bantal cantik, voucher MAP, dan dompet cantik dari Nova. Ternyata eh ternyata, hadiahnya bukan hanya itu. Ada tote bag plus apron alias celemek. Dan, selalu, kalau dapat hadiah itu senengnya luar binasa eh biasa :D.

Hadiah dari Tabloid Nova

Karena bantalnya mungil, paling pas dipakai untuk perjalanan dengan kendaraan. Alhamdulillah, akhirnya kesampaian punya bantal buat dibawa-bawa pergi :D.  Kalau voucher-nya?

Awalnya, saya sempat mikir, mau belanja di mana pakai voucher ini ya. Maklum, saya tinggal di kota kecil. Dan baru setahun ini kota saya punya mal (katrok banget yaa :P). Untung, setelah ceki-ceki, store yang ada di kota saya masuk dalam list. Jadi, nggak perlu jauh-jauh ke kota sebelah buat belanja.

Nah, untuk dompet, tas, dan celemek itu bagian Ibu saya.

Well, terima kasih Tabloid Nova dan Mbak Anazkia, untuk hadiahnya. Semoga sukses selalu dan sering-sering bikin giveaway :D.


post signature

Kamis, 02 April 2015

Special Moments

Namanya Al. Anak laki-laki murid kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah. Dia salah satu murid les saya yang masih terhitung saudara. Saya dan ayahnya Al bertemu pada buyut yang sama. Saya mulai mendampingi Al belajar saat dia masuk kelas 1.

Al adalah pribadi yang tertutup. Trauma psikis di masa kecil menjadikannya anak yang cenderung pendiam dan sulit menerima kehadiran orang baru. Saat balita, hubungan dengan sang orangtuanya kurang begitu dekat. Al tinggal satu atap dengan orangtua dan kakek neneknya, namun cenderung lebih dekat dengan nenek yang dipanggilnya Uti. Dan hanya Uti-lah orang yang dia percaya.

Awal proses mendampingi Al belajar bukan hal yang mudah. Pada pertemuan pertama, dia sempat mogok tidak mau belajar bersama saya. Baginya, saya adalah orang baru. Memang, meski terhitung saudara dan tinggal satu kampung, saya jarang sekali ketemu Al. Kalaupun ketemu, belum pernah sekalipun ngobrol.

Praktis, awal-awal pertemuan ini lebih banyak kami lalui dengan obrolan. Lebih tepatnya saya yang mengajaknya bercerita. Sengaja saya lakukan supaya kami bisa membangun komunikasi satu sama lain. Saya pancing dia dengan pertanyaan tentang kegiatan dia di sekolah, tentang teman-temannya, kesukaannya. Apa saja. Yang penting dia mau cerita.  

Pada mulanya, memang dia ­ogah-ogahan  menjawab pertanyaan saya. Atau hanya menjawab seperlunya. Selebihnya, hanya ya atau tidak. Tak mengapa, yang penting dia mau merespon saya.

Pertemuan-pertemuan berikutnya, mood Al masih naik turun. Tangisan bukan hal baru saat saya datang. Bila sudah begitu, jurus andalan saya keluar. Seperti biasa, saya ajak dia bercerita apa saja yang dia alami sepanjang hari itu di sekolah. Bahkan hal-hal yang nggak penting saya tanyakan ke dia. Pelan-pelan, mood-nya jadi stabil, dan bisa belajar. Hal ini berlangsung berbulan-bulan lamanya.

Gambar dari sini

Hingga pada bulan ke enam, Al sudah mulai menunjukkan sikap bersahabat kepada saya. Dia mulai bercerita tanpa saya minta. Tentu saja ini surprise buat saya. Yess! Inilah special moment pertama saya bersama Al. Special moment dikatakan oleh Munif Chatib dalam bukunya Gurunya Manusia, sebagai kondisi khusus yang dirasakan guru atau siswa terhadap hal-hal tertentu dalam proses belajar mengajar.

Saya memang bukan guru kelas, tapi saya senang membaca buku-buku yang terkait dengan anak, parenting, dan pendidikan. Kesukaan saya makin bertambah manakala saya mendampingi Al. Ya,  gegara Al, saya semakin rajin browsing artikel soal anak dan parenting. Bukan cuma itu, saya beli buku-buku parenting karya Ayah Edy, juga buku karangan Munif Chatib itu. Semua saya lakukan supaya saya bisa lebih menyelami pribadi Al.

Hari-hari berikutnya, kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan. Al juga semakin akrab dengan saya. Tidak ada lagi penolakan terhadap saya. Dan, special moment berikutnya muncul di bulan ke delapan. Suatu malam, setelah belajar, Uti-nya Al bercerita kalau Al sekarang suka mengingatkan Uti-nya untuk membuatkan teh hangat buat saya sebelum beliau pergi ke suatu acara.

Ooh, pantas, pikir saya. Pertemuan  sebelumnya, Al sendirian di rumah. Kakeknya masih di masjid, sementara orang tuanya sedang berada di warung tenda milik mereka. Uti-nya sedang yasinan ibu-ibu lingkungan RT. Di meja, telah terhidang 2 gelas teh hangat dan cemilan.

Jadi, ini sebabnya sudah ada teh meski dia sedang sendirian di rumah. Berarti dia semakin menerima saya, kata saya dalam hati. Alhamdulillah...

Puncaknya, di bulan ke sepuluh saya menemani Al belajar. Suatu malam, di tengah-tengah belajar, tiba-tiba Al bilang ke saya, minta diantar ke toko mainan malam itu juga. Dia ingin beli kartu mainan seperti punya temannya. Awalnya, saya bengong: beneran anak ini minta saya anter?

Saat itu, dia hanya sama saya di rumah. Dia bilang sudah minta uang ke Uti. Oke, saya setuju mengantarnya ke toko mainan. Sekitar setengah kilo jaraknya dari rumah. Sepanjang perjalanan, entah mengapa dada saya sesak penuh haru. Anak ini, setelah berbulan-bulan, hari ini berani menyampaikan keinginannya ke saya. Bukan hanya itu. Dia berani meminta saya melakukan sesuatu. Suatu hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Bila tidak ingat lagi mboncengin anak orang, saya sudah menangis karena haru.

Mungkin bagi orang lain ini bukanlah hal istimewa. Tapi bagi saya luar biasa. Mengingat awal-awal saya ‘pedekate’ ke Al hingga dia benar-benar menerima bahkan mempercayai saya butuh waktu yang tidak sedikit. Juga suka duka yang terjadi selama ini. Dan ini adalah special moment paling berkesan selama mendampingi Al belajar.

Sekarang Al sudah kelas dua. Hatinya sudah di genggaman saya. Tidak ada lagi tangisan yang mengawali belajarnya. Tidak ada lagi mood yang naik turun. Yang ada, kami –tepatnya  dia- enjoy belajar, enjoy bercerita tanpa diminta. Dan Alhamdulillah, prestasinya semakin menunjukkan grafik yang positif.

Memang, nilai bukan satu-satunya tolok ukur kecerdasan seorang anak. Tapi demi mengingat proses belajar Al dan cara dia memahami pelajaran yang awalnya lambat, pastinya ini pencapaian yang patut disyukuri. Di kelas satu dia berada di peringkat 16. Kemudian merangkak naik ke 12. Alhamdulillah, di kelas 2 semester 1 kemarin dia berada di posisi 10 besar.

Bahkan yang menggembirakan, sekarang dia punya target sendiri: semester 2 ini rankingnya harus naik. Ditambah saat ini dia mulai dekat dengan ayahnya. Ayahnya menjanjikan sepeda baru bila suatu saat dia mendapat ranking 1.

Banyak sekali pelajaran yang saya ambil selama bersama Al. Kesabaran menghadapi seorang anak mutlak diperlukan agar dia merasa nyaman bersama kita. Demikian halnya kasih sayang. Saya belajar bahwa dengan kasih sayang dan perhatian yang kita berikan, akan lebih mudah bagi sang anak untuk belajar dan memahami sesuatu. 

Perjalanan Al masih panjang. Semoga dia tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan berprestasi agar dapat menjadi kebanggaan keluarganya, aamiin.


post signature