Sebelum
mengajar freelance seperti
sekarang, saya pernah bekerja full time di sebuah bimbel. Jam kerjanya
mulai dari jam 1 siang hingga setengah 8 malam. Sementara paginya, saya siaran
di sebuah radio. Berangkat habis subuh, selesai jam 9.
Selama
bekerja di dua tempat itu, praktis saya jarang menyaksikan matahari terbit dan
tenggelam. Kalaupun menikmati sunset, itu pun setelah kelas selesai
setengah 6. Ada sedikit waktu istirahat menjelang maghrib. Saya dan beberapa
teman nongkrong di depan kantor. Tapi sekali lagi itu jarang kami lakukan.
Karena setengah 6 sore, biasanya ketemu orang tua siswa untuk konsultasi dan
konfirmasi perkembangan siswa sembari menjemput anak mereka.
Makanya,
kalau hari Minggu tiba, saya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk sekedar
me-refresh otak supaya semangat di awal pekan berikutnya.
Hal
yang suka saya lakukan dulu adalah ngadem di Telaga Ngebel. Telaga ini adalah
ikon wisatanya Ponorogo yang berada di kawasan Gunung Wilis. Sekitar 40 menit
perjalanan dari pusat kota. Harga tiket masuknya cukup murah, Rp. 4.000,- saja.
 |
Telaga Ngebel (dok. pribadi) |
Biasanya,
saya kesana dengan salah satu sahabat saya, Lia. Kadang setiap Minggu, kadang dua
minggu sekali atau sebulan sekali tergantung kondisi kantong dan kepenatan otak
:D.
Pernah
juga rombongan dengan beberapa teman lainnya. Seperti foto di bawah ini. Foto
ini diambil ketika kami memanfaatkan libur Natal. Meski libur sehari, harus dimanfaatkan
sebaik-baiknya bukan?
 |
Ngopi cantik di pinggir Telaga Ngebel :D |
Di Ngebel
ngapain aja?
Sebenarnya
banyak yang bisa dinikmati di Ngebel. Selain ngadem, Ngebel juga
terkenal dengan kulinernya; ikan nila (bakar/goreng) dan sego tiwul goreng. Ada juga permainan flying
fox.
Tapi
kami tidak ngapa-ngapain :D. Maklum, kantong lagi tipis. Hanya nongkrong
cantik menikmati pemandangan di pinggir telaga sembari menikmati secangkir kopi
yang dipesan di warung lesehan. Ngobrol ngalor ngidul nggak jelas sambil nyemil gorengan atau
makan pentol. Pentol adalah sebutan cilok di sini. Disebut seperti itu karena
bentuknya bulat seperti pentol bakso :D.
Cantik
kan pemandangan Ngebel? Kapan-kapan saya cerita lebih detail lagi tentang
telaga indah ini.
Puas
menikmati pemandangan telaga, kami pulang. Meski hanya sekitar dua jam, bagi
kami sudah cukup untuk mengembalikan semangat dan energi.
Buat
saya, piknik itu penting. Kenapa? Salah satunya ya seperti judul tulisan ini.
supaya otak tidak keriting,. Bayangkan, otak sudah kerja berhari-hari. Tegang dengan
deadline dan tugas-tugas. Juga friksi-friksi yang kadang muncul di
kantor dan bikin capek hati *tjurhat :P. Setidaknya, dengan piknik, kita memberi
haknya sekedar untuk rehat sejenak. Habis rehat plus piknik, otak bisa lurus
kembali hehehe!
Kalau
orang kurang piknik? Bisa terlihat dari gelagatnya: sering sewot, senewen, iri
dengan orang lain, plus marah-marah nggak jelas karena otak bukan lagi
keriting, tapi sudah kruwel-kruwel hahaha!
Dan
piknik tidak harus mahal. Seperti yang saya dan teman-teman saya lakukan di
atas. Ngopi dan ngemil di pinggir telaga plus tiket masuk tidak lebih dari Rp.
15.000,- per orang. Sudah dapat menikmati lukisan alam luar biasa sepuasnya. Kalau
mau kulineran, ya dananya lebih dari itu hehehe!
Biar
murah tapi efeknya tidak murah: stok semangat kerja buat esok hari.
Ngadem
di daerah pegunungan seperti Telaga Ngebel memang bikin badan dan pikiran
nyaman. Selain Telaga Ngebel, sebenarnya dari dulu saya ingin liburan ke Bogor,
tepatnya ke daerah Puncak yang terkenal itu. Sama-sama daerah berhawa dingin
tapi sensasinya pasti beda. Karena Pundak jauh lebih terkenal dari Ngebel :D.
Selain itu, mumpung di Bogor, bolehlah mengunjungi Istana Bogor yang selama ini hanya bisa saya lihat di gambar atau TV. Plus tidak lupa ke Kebun Raya Bogor yang tersohor itu. Mudah-mudahan
suatu saat nanti bisa terwujud liburan ke Bogor, aamiin.
**********************************************