Dua
hari yang lalu saya terkena batuk. Gegara kehujanan. Langsung flu. Imunitas
saya memang kurang bagus. Gampang sekali kena flu. Entah karena hujan atau
ketularan orang lain.
Batuk
kali ini batuk berdahak tapi dahaknya nggak mau keluar. Jadinya, saya susah
bernafas. Sesak. Sungguh sangat menyiksa. Selama dua hari itu saya minum teh
dan jahe untuk meringankan batuknya. Tapi, sepertinya kali ini cukup bandel.
Ayah
saya sudah mengajak ke dokter. Namun saya tolak. Bukan apa-apa. Saya orangnya
susah minum obat. Seringnya, ketika diminumi obat malah muntah. Akhirnya
obatnya nggak jadi tertelan.
Kemudian
saya ingat, saat SMP dulu saya pernah melakukan gurah. Ceritanya, saat itu
pengurus masjid di kampung saya mendatangkan qori’ kondang dari kampung
sebelah. Beliau diminta mengajari remaja di masjid kami melantunkan ayat Al qur’an
dengan lagu indah atau qiro’ah. Nah, sebelum latihan qiro’ah, kami digurah sama
guru tersebut.
Awalnya
saya juga nggak tahu apa itu gurah. Ternyata itu proses pengeluaran lendir dan kotoran
dari paru-paru. Tujuannya supaya suara makin jernih, lantang, dan bagus.
Bukan
hanya qori’ yang melakukan gurah. Profesi yang mengandalkan suara sebagai mata
pencaharian utama semisal penyanyi dan pesinden juga kerap melakukan gurah.
Eits,
jangan tanya keahlian saya berqiro’ah ria ya. Kenapa? Karena waktu itu saya
ikut belajarnya cuma sebentar. Kalau tidak salah cuma dapat satu lagu saja.
Habis itu nggak lanjut. Selain itu, saya nggak bakat, hihihi.
OK.
Mari kita lanjutkan ceritanya.
Dari
pengalaman gurah itu, saya berfikir dahak ini bisa juga dikeluarkan dengan cara
digurah. Toh, yang dulu saya lakukan juga membersihkan daerah paru-paru. Untuk
lebih meyakinkan diri, saya browsing soal gurah.
Dari
beberapa artikel yang saya baca, semua menyatakan hal yang sama. Selain untuk
menjernihkan suara, gurah juga bermanfaat untuk kesehatan. Terutama untuk
mengatasi penyakit yang menyerang paru-paru. Mulai dari yang ringan macam flu
dan batuk. Hingga yang berat seperti asma dan TBC. Makin yakin saya melakukan
terapi gurah.
Atas
rekomendasi teman, saya diantar ayah saya ke tempat praktik Mbah Yono. Beliau
adalah ahli gurah yang telah memiliki ijin praktik resmi di Ponorogo. Alamatnya gampang dicari. Yakni di tikungan Beduri, utara kantor Kejaksaan Negeri Ponorogo yang baru.
Sebelum
terapi gurah dimulai, Mbah Yono mengajukan beberapa pertanyaan ke saya. Yang
pertama soal rokok. Apa ada di antara keluarga saya yang merokok. Ayah saya
yang duduk di depan Mbah Yono langsung menjawab; iya Mbah. Dalam hati
saya mesem. Soalnya ayah susah sekali
dibilangi untuk berhenti merokok.
Pertanyaan
berikutnya: apa saya suka ngopi, batuknya bagaimana, nafasnya bagaimana, ada
suara ngik ngik apa tidak, sering kesemutan apa tidak, dan sering pegal
di bagian punggung atas apa tidak.
Sambil
bertanya, Mbah Yono mencatat jawaban saya. Hampir semua saya jawab ‘iya’. Mbah Yono juga menjelaskan, prosesnya nanti 1
jam.
Setelah
itu, proses gurah dimulai. Pertama-tama, saya diminta latihan dulu. Saya
disuruh tengkurap di dipan yang telah disediakan. Kepala menyentuh bangku
panjang yang dilapisi busa empuk. Saya latihan bernafas melalui mulut. Di bawah, sudah
tersedia ember dan kantong plastik yang siap menampung cairan dari tubuh saya.
Begitu
dilihat Mbah Yono saya mampu mengikuti instruksi beliau, saya disuruh
telentang. Setelah Mbah Yono berdoa, hidung saya dimasukkan cairan gurah di
kedua lubangnya. Ketika cairan tersebut dimasukkan saya harus tahan nafas
selama 10 detik. Lalu saya diminta menelan seperti menelan air liur dan
langsung balik badan tengkurap.
Saat
cairan itu masuk, rasanya panas sekali. Kata Mbah Yono bakal berlangsung
sepuluh menit saja. Setelah itu akan mereda.
Begitu
saya tengkurap, segera cairan keluar dari hidung dan mulut saya. Panas. Lumayan
banyak lendir yang keluar dari mulut dan hidung saya. Makin lama, rasa panas
tadi makin berkurang.
Selama
cairan keluar, Mbah Yono terus memberi instruksi supaya saya rileks agak proses
detoksifikasi berlangsung lancar. Beliau juga tak berhenti berzikir dan
sesekali mengecek kondisi saya. Di tengah proses situ pula, ada sekitar 3 kali
saya disuruh batuk dengan keras. Juga
Tak
terasa satu jam berlalu. Mbah Yono menyuruh saya bangun dan
membersihkan sisa cairan dengan tisu. Setelah itu saya disuruh memiringkan
kepala ke kanan dan kiri. Sebagai penutup proses gurah, saya kembali disuruh
batuk 3 kali.
Sebelum
pulang, Mbah Yono memberi tahu saya bahwa ramuan gurah bekerja sehari semalam. Jadi
nanti di rumah, kotoran dan lendir masih akan keluar baik lewat batuk,
keringat, maupun air seni.
Setelah
gurah juga ada beberapa pantangan supaya hasil gurah optimal. Terutama dari
makanan dan minuman. Tidak boleh makan yang pedas dan panas, juga gorengan. Minuman
dingin juga harus dihindari. Kalau untuk aktifitas, tidak ada larangan apapun.
Alhamdulillah,
badan saya terasa enteng. Ngik-ngik yang sebelumnya mengganggu reda. Tapi
badan masih lemas karena selama dua hari saya nggak nafsu makan. Paling tidak,
sesak nafas sudah tidak menghantui tidur saya.
Oh ya, untuk terapi gurah di Mbah Yono tidak ada tarif khusus. Cukup bayar seikhlasnya. Kalau kemarin saya amplopi lima puluh ribu rupiah. Untuk di sini, insyaAllah sudah pantas. Tapi mungkin beda untuk daerah lain.
Oh ya, untuk terapi gurah di Mbah Yono tidak ada tarif khusus. Cukup bayar seikhlasnya. Kalau kemarin saya amplopi lima puluh ribu rupiah. Untuk di sini, insyaAllah sudah pantas. Tapi mungkin beda untuk daerah lain.
Ada
yang pernah gurah kayak saya?
-------------------------------
Ahli Gurah Mbah Yono
Ahli Gurah Mbah Yono
Jl.
MT Haryono141
Beduri, Ponorogo
Beduri, Ponorogo