Sabtu, 30 Mei 2015

Konsep Pernikahan Impian


Dua bulan ini terakhir ini, rasa-rasanya ada saja tantangan menulis seputaran pernikahan dan yang berbau senada. April kemarin ada tantangan dari KEB untuk menulis tentang ibu mertua di Hari Kartini. Sekarang ada giveaway menulis konsep pernikahan impian. Jangan-jangan ini salah satu tanda kalau jodoh dan hari pernikahan saya sudah dekat *ihiirrr* (aamiin, semoga diamini pula oleh para malaikat :D)

Pada dasarnya, saya tidak memiliki konsep pesta pernikahan impian yang apalah-apalah. Sederhana saja. Mengundang kerabat dan sahabat untuk berbagi kebahagian. Juga berharap mereka ikut mendoakan agar pernikahan saya nanti penuh berkah serta bisa langgeng sampai maut memisahkan.

Seperti yang pernah Dedy Corbuzier bilang di acara Hitam Putih-nya: a beautiful wedding does not mean a beautiful marriage. Pesta pernikahan yang indah tidak selalu diikuti oleh pernikahan yang indah juga. Karena yang riil dan paling penting bukan pestanya, melainkan perjalanan sang pengantin setelah pesta itu sendiri.

Jadi, untuk menikah nanti, saya ingin akad nikah dan syukuran walimah-nya diadakan di rumah saja. Alasan utamanya adalah rahasia umum: biar irit :D. Memang tidak persis di dalam rumah, karena pasti tidak muat. Tetap menyewa tenda, meja, kursi, dan perlengkapan lainnya. Tapi jatuhnya tetap jauh lebih murah ketimbang ditambah menyewa gedung. Apalagi kalau musim nikah, kebanyakan gedung sudah jauh-jauh hari dipesan. Kalau diadakan di rumah, tinggal lapor RT, ijin menggunakan badan jalan yang dipasangi tenda. Beres.

Untuk konsep bajunya, saya punya impian memakai kebaya syar’i. Mungkin seperti putrinya da’i kondang Aa’ Gym, atau aktris Oky Setiana Dewi itu ya. Kebanyakan rias manten bajunya kebaya baik tradisional ataupun modern yang jilbabnya dibentuk sana-sini itu. Bagus memang. Tapi begitu melihat Mbak Oky nikah dengan jilbabnya yang tetap menutup dada namun tetap indah dan anggun itu, saya jadi ingin seperti itu. Mudah-mudahan di kota saya sudah ada perias manten yang punya koleksi kebaya seperti itu atau setidaknya mirip-mirip lah. Yang penting juga: harganya terjangkau kantong saya XD.

Bagaimana untuk dekor?

Saya selalu suka dengan dekor dan pelaminan yang simpel tapi kelihatan elegan dan cantik. Tak perlu banyak pernak pernik di pelaminan biar pengantinnya tetap yang menjadi perhatian utama :D.

Sedang untuk hidangan para tamu juga tidak ribet. Karena acara diadakan di rumah, maka hidangannya hasil masakan sendiri. Kebetulan ada salah satu saudara yang ahli masak untuk hajatan. Jadi tidak perlu pesan katering yang jatuhnya pasti lebih mahal.

Oh ya, untuk konsep resepsinya saya ingin semua tamu duduk di kursi. Jadi, para tamu datang kemudian duduk di kursi yang disediakan dan mengikuti acara hingga selesai. Untuk hidngannya nanti akan dilayani oleh pramusaji. Kalau istilah orang sini: piring terbang.

Kalau dipikir-pikir, memang acaranya nanti lebih lama bila dibandingkan dengan ala prasmanan. Tapi dengan konsep ini, saya ingin lebih menghargai para tamu. Jadi, tamu tidak sekedar datang, salaman sama pengantin, kemudian makan dan pulang. Tapi mengikuti mereka mengikuti prosesi dari awal hingga akhir. 

Sementara untuk urusan foto dan video, bisa minta tolong teman yang punya usaha fotografi. Satu lagi yang tidak ketinggalan: undangan dan sovenir. Untuk undangan, kalau kata teman saya tidak usah yang terlalu mahal. Desainnya simpel saja. Yang penting maksud dan tujuan undangan tersampaikan. Untuk sovenirnya, barang yang bisa bermanfaat bagi para tamu, bukan sekedar pajangan. Gelas  atau mangkuk unik, misalnya.

Itu tadi konsep pernikahan impian saya. Simpel bukan? Mudah-muahan segera menjadi kenyataan ^_^. Bagaimana konsep pernikahan impian teman-teman?




**********************





Kamis, 21 Mei 2015

Tempe Bosok


Kemarin sore, sepulang mengajar, saya singgah ke rumah sahabat saya, Putri. Saat saya tiba, dia sedang menyuapi anaknya, Vino. Menunya nasi plus sayur bobor.

Tahu sayur bobor kan ya? Bahan utamanya bayam, sayuran kegemaran Popeye. Bisa ditambah kacang panjang, jagung muda (orang Jawa menyebutnya janten), atau gambas alias oyong. Atau bisa juga ditambah labu dan kecambah bila suka. Bumbunya simpel: bawang merah, bawang putih, gula, garam, sedikit kencur, laos, santan, dan ... tempe bosok. Ini sayur bobor versi rumah saya.

Sambil menyuapi Vino, kami ngobrol ngalor ngidul soal sayur bobor ini. Putri bilang, kemarin rewang-­nya juga masak sayur bobor, tapi Vino nggak mau makan. Dikasih satu suapan terus dilepeh dan nggak mau lanjut makan. Usut punya usut, ternyata masaknya pakai santan instan dan kurang kental. Selain itu, bobornya pakai kemiri, bukan tempe bosok.

Vino yang belum genap 4 tahun ini rupanya sudah bisa membedakan mana makanan enak versi dia, mana yang kurang enak. Mana yang pakai tempe bosok, mana yang pakai bumbu lain. Buktinya, hari ini, dia makan lahap sekali. Bahkan minta nambah sayur.

Lanjut ngobrol soal tempe bosok tadi. Ternyata, baik Ibu saya maupun Ibunya Putri, suka dengan tempe bosok. Bisa dibilang, setiap masak lodeh dan yang bersantan, tempe bosok tidak ketinggalan.

Tempe bosok, selain sebagai bumbu pelengkap sayur, kadang juga dibikin sambal. Caranya bikin sambal bawang seperti biasa, lalu ditambahkan tempe bosok yang sudah dibakar. Rasanya? Mantap surantap pemirsa XD.

Tempe bosok

Mungkin ada yang penasaran, apa itu tempe bosok. Dari namanya sudah ketahuan ya. Tempe bosok itu tempe yang sudah busuk, berwarna coklat agak kehitaman, dan baunya sedikit menyengat. Secara penampilan, tempe ini sudah tidak menarik. Tapi, bagi kami orang Jawa  kampung, tanpa tempe kadaluarsa ini, masakan jadi sedikit hambar. Kurang nendang.

Tapi, kita juga harus teliti dan hati-hati dalam memilih tempe bosok yang mau dipakai untuk masak. Karena kadang, saking busuknya, suka muncul hewan hidup di tempe itu. Jadi, memilihnya harus cermat supaya dapat tempe bosok yang ’bagus’ dan bebas dari makhluk lain.

Kalau dicermati, ada falsafah hidup dibalik tempe bosok. Tempe bosok itu ibarat ujian dan cobaan dalam hidup manusia. Bentuknya jelek, tidak menyenangkan, bahkan baunya menyengat. Tapi, tanpa itu, masakan jadi kurang sedap.

Demikian halnya ujian dan masalah yang menerpa kita. Bisa dikatakan, semua ujian tidak menyenangkan, bahkan menguras energi dan air mata. Tapi, tanpa itu semua, hidup kita jadi datar-datar saja; tidak ada warna. Jadi, bila hari ini kita masih diberi ujian, berarti hidup kita punya warna. Dan itulah salah satu cara Allah menyayangi kita. Tugas kita membuat ‘tempe bosok’ dalam hidup kita itu menjadi kekuatan untuk bisa lebih bersyukur serta membuat hidup kita semakin ‘kaya rasa’.

Semoga kita bisa belajar dari tempe bosok ^_^.

post signature